Peran Penting Soeharto dalam Peristiwa SU 1 Maret 1949, Lukman Hakiem: Itu Fakta Sejarah!

photo author
- Kamis, 17 Maret 2022 | 12:14 WIB
Lukman Hakiem : Soeharto punya peran sentral dalam peristiwa 1 Maret 1949 (youtube@hersubeno.point). (sudahbaca.com)
Lukman Hakiem : Soeharto punya peran sentral dalam peristiwa 1 Maret 1949 ([email protected]). (sudahbaca.com)

Baca Juga: Para Pencatat kWh Meter PLN Mengeluh Belum Digaji oleh PT HJ

Selain karena berpengalaman, Ventje juga mempunyai pasukan besar. Dimana pasukannya itu dekat dekan Jogja kota, tempat yang menjadi sasaran serangan.

Di dalam buku itu, kata Lukman Hakiem, Vantje mengggambarkan sekali dengan jelas, betapa peran Soeharto pada Serangan Umum 1 Maret itu besar sekali.

"Ganjil sekali menurut saya, jika tiba-tiba peranan Soeharto dhilangkan. Peranan Soeharto sebagai komandan serangan umum itu sudah menjadi fakta sejarah," ucapnya.

Sementara di Keppres itu malah menyebut peran Soekarno-Hatta. Padahal Bung Hatta di dalam memoarnya itu sama sekali tidak menyebut soal serangan umum.

Baca Juga: Hindari Penimbunan, Kapolres Subang Pantau Langsung Minyak Goreng di Pasaran

"Jangan-jangan memang tidak ada dalam memori Bung Hatta," katanya.

Karena pada waktu itu Soekarno dan Muhammad Hatta sedang menjadi tawanan. Bung Karno ditawan di Brastagi, sementara Bung Hatta di Bangka.

Dan pemerintahan darurat tersebut dipegang oleh Sjafruddin Prawiranegara yang mendapat mandat dari Soekarno dan Hatta sebelum keduanya ditawan.

Kalau di dalam peristiwa itu Soekarno dan Hatta berperan, tentu keduanya akan menuliskan di dalam buku biografinya. Ternyata menurut Lukman Hakiem, di dalam biografi Soekarno dan Muhammad Hatta, keduanya tidak menuliskan peristiwa bersejarah tersebut.

Baca Juga: Rumah Tak Layak di Desa Babelan Kota Ini Atapnya Roboh Diterjang Angin Kencang, Ayo Peduli

"Ini tidak nyambung konteksnya. Kok tiba-tiba malah peran Bung Karno dan Bung Hatta yang disebut. Ini tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada keduanya. Saya berusaha proporsional saja," ujarnya.

Soeharto itu adalah panglima Jogja sebagai komandan di Jogja, tentu ia menjalankan itu atas perintah dari Soedirman sebagai Panglima TNI dan perintah Sultan HB IX yang merupakan atasan dari Panglima.

Lukman Hakiem mencoba menjelaskan alurnya. Sesudah Sultan HB IX mendengar bahwa akan ada sidang DK PBB pada akhir Februari, kemudian Sultan menghubungi Soedirman. Tidak langsung menghubungi Seoharto. Meski waktu itu Soeharto Komandan Jogja.

Sultan juga berfikirnya prosedural. Sultan menghubungi Panglima Soedirman. Kemudian Soedirman setuju.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dudun

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X