SATUARAH.CO - Politik identitas berdampak buruk bagi demokrasi. Namun sayangnya, hal ini akan terus hadir dalam narasi politik Indonesia terutama saat menjelang Pemilihan Presiden.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi yang bertajuk “Antisipasi Menghadapi Isu Politik Identitas Menjelang Pemilu 2024” di Kantor Barikade 98,Jakarta Pusat.
Ketua DPW Barikade 98 DKI, Decky Matulessy memaparkan, bahaya politik identitas apabila terus dilakukan dalam demokrasi saat ini.
Baca Juga: Pj Bupati Bekasi Lantik 16 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Pemkab Bekasi
“Politik identitas merupakan politik yang berbasis pada faktor identitas seperti agama, suku, ras, atau bahkan orientasi seksual. Politik identitas dapat membawa dampak yang merugikan bagi kehidupan sosial dan politik suatu negara, terutama jika digunakan untuk memecah-belah masyarakat," kata Decky Matulessy dalam keterangannya, Rabu (15/3/23).
Alumni YAI ini menambahkan, sejak reformasi1998, Indonesia telah memasuki era demokrasi terbuka yang memungkinkan banyak orang untuk mengemukakan pendapat mereka secara bebas dan terbuka. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada tanda-tanda bahwa politik identitas kembali menguasai tatanan politik di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Panitia diskusi, Alex Leonardo mengatakan, politik identitas juga berbahaya karena dapat mementingkan satu golongan saja.
Pemerintah dan para pemimpin politik harus memfokuskan pada kepentingan rakyat, seperti kesejahteraan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, bukan pada kepentingan suku atau agama tertentu.
Baca Juga: Bikin PBG Harus Punya Dokumen KRK Gratis di DCKTR Kabupaten Bekasi, Ini Syaratnya
Aktivis 98 ini juga menjelaskan, ancaman yang lain yaitu hoax dan berita bohong yang sering kali memancing gesekan antar golongan.
"Pelaku berita bohong atau hoax diancam 12 tahun kurungan penjara menurut UU no 19 tahun 2016 tentang IT. Oleh sebab itu, semua elemen harus berperan aktif untuk memberikan edukasi yang baik. Jangan terjebak berita bohong yang mengadu domba," ujar Alex.
Apriyanto Tambunan Alumni Orange Unika Atma Jaya mengungkapkan, jangan pernah takut melawan politik identitas karena kita percaya aparat kepolisian akan terus menjaga kestabilan nasional.
Semua elemen bangsa harus menolak dan jangan terlibat dalam politik identitas sebagai cara memenangkan pemilihan umum.
Aktivis 98 ini menambahkan, pada Pilpres 2019 yang lalu banyak masyarakat yang tidak mendapatkan hak memilih karena perbedaan KTP dengan tempat domisili dia berada.
Artikel Terkait
Kantor Imigrasi Cilacap Tingkatkan Sinergitas dengan Danrem 071 Wijayakusuma
Sah, Hardiansyah Kembali Pimpin SMSI Provinsi Jawa Barat
Imigrasi Cilacap Ikuti Sosialisasi dan Penguatan Pembangunan Zona Integritas di Kanwil Kemenkumham Jateng
Jelang Ramadhan, Polsek Kawasan Sunda Kelapa Gelar Pengajian dan Doa Bersama Anak Yatim
Pertahankan Kepercayaan Publik, Jaksa Agung Apresiasi Seluruh Insan Adhyaksa