Lonjakan harga kedelai misalnya, dipengaruhi oleh perubahan iklim yang menyebabkan produksi di sejumlah produsen utama seperti Brasil menurun tajam.
Baca Juga: Ketua APDESI Keberatan Organisasinya Dicatut Mendukung Perpanjangan Masa Jabatan Jokowi
Akibatnya, terjadi persaingan permintaan dari negara-negara konsumen besar seperti halnya Indonesia. Kedelai impor selama ini memenuhi 90 persen kebutuhan bahan baku tempe dan tahu.
Perubahan iklim juga mengakibatkan kekeringan panjang di Australia dan Selandia Baru, dua negara pemasok sapi terbesar untuk Indonesia. Penurunan produksi sapi di kedua negara tersebut berdampak pada kenaikan harga dan penurunan pasokan terhadap negara konsumen utama seperti Indonesia.
Sedangkan perang Rusia – Ukraina berdampak besar pada kenaikan harga gandum yang merupakan bahan baku tepung terigu. Rusia dan Ukraina merupakan produsen utama gandum dunia.
Baca Juga: Diduga Peras OPD, Dua Oknum Auditor BPK Jabar Terjaring OTT di Gedung Bupati Bekasi
Sedangkan faktor internal, terutama karena adanya kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan. Lonjakan permintaan telur, daging ayam, cabai, dan beberapa lini produksi pangan seperti telur dan daging ayam sangat tergantung pada pakan impor.
“Dengan melihat faktor-faktor penyebab gejolak harga tersebut, saya berharap pemerintah sudah punya roadmap pengendaliannya, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang,” pungkasnya. √
Artikel Terkait
OTT Audit BPK di Pemkab Bekasi, LAMI: Harus Diusut Tuntas Soal Dana BTT Covid 19
Jalan Rusak Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Tasikmalaya Undang Firli Pantau Pembangunan
Gegara Masjid Dilarang Gunakan Toa, Emak Emak Geruduk Kantor Kecamatan Patokbeusi Subang
DKI Jakarta Juara di Edisi Perdana Piala Soeratin U-13 2021/2022
Timnas U-19 Kalah Telak dari Korsel, Ketum PSSI: Harus Jadi Pelajaran