aspirasi

Mungkinkah Dinasti Politik Bikin Ganjar Pranowo-Mahfud MD Kalah?

Minggu, 22 Oktober 2023 | 10:47 WIB
Krista Riyanto

Netizen mengecam praktik dinasti politik yang mereka tuding sebagai intervensi jahat untuk membunuh demokrasi, memotong tokoh baik dan benar agar tidak menjadi pemimpin.

Gelombang narasi kebencian netizen baik di facebook, youtube, X, TikTok, Instagram yang ditudingkan kepada dinasti politik adalah modal besar bagi kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD untuk tidak kalah dalam kontestasi Pilpres.

Kebencian publik kepada dinasti politik bisa membuat posisi Jokowi-Gibran menjadi sulit. Mereka akan menjadi pihak yang dimusuhi secara bersama.

Salah seorang pegiat media, Rudy S Kamri yang merupakan pendukung Jokowi garis keras saja sudah berani mengkritik dinasti politik ala Jokowi-Gibran.

Rudy memplesetkan jargon “Indonesia Maju” pemerintahan Jokowi menjadi: maju anaknya, maju menantunya, maju iparnya.

Gibran menjadi Wali Kota Surakarta, Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum PSI, Bobby Nasution menjadi Wali Kota Medan, dan Anwar Usman adalah Ketua Mahkamah Konstitusi.

Posisi Jokowi-Gibran yang sedang dimusuhi bersama ini menguntungkan Ganjar Pranowo-Mahfud MD untuk meraih kemenangan.

Tapi, kemenangan ini bukan cukup dengan diam, namun harus diikhtiarkan dengan menjaga segala kemungkinan dari “perbuatan curang”.

Kemampuan penguasa dalam mengontrol instrumen negara berpotensi mengubah “kemenangan” menjadi “kekalahan” dan “kekalahan” menjadi “kemenangan”.

Kiranya penguatan saksi di tempat pemungutan suara (TPS) harus dilipatkangandakan oleh kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam mengawal suara rakyat agar tidak dicuri “tuyul”.

Saksi-saksi yang dipilih kiranya adalah orang-orang yang memiliki ideologi istimewa bukan sakadar saksi biasa yang mudah goyah oleh seratus dua ratus ribu untuk mengubah “kesaksian” menjadi “pengkhianatan”. √

*) Sekretaris Nasional Persaudaraan Pegiat Media dan Penulis Pro Ganjar (P4G)

Halaman:

Tags

Terkini