Pendukung Fanatik Bisa Jadi Tidak Waras dan Meninggalkan Nilai Nilai Etika dan Moral Pancasila

photo author
- Kamis, 14 Desember 2023 | 21:01 WIB
Nanda Abraham
Nanda Abraham

Disini saudara Iyyas saya amati, semakin jauh berbalik arah dari jalan menuju kebeningan akal sehatnya.

Anak milenial juga paham, bahwa fungsi partai politik (Parpol) terhadap negara antara lain adalah menciptakan pemerintahan yang efektif dan adanya partisipasi politik terhadap pemerintahan yang berkuasa.

Parpol adalah wadah perjuangan sebagian rakyat dengan dasar kesepahaman ideologi, juga sebagai kawah candradimuka belajar berorganisasi, belajar politik praktis, belajar hukum ketatanegaraan, masalah sosial dsb-nya.

Dalam mekanisme menentukan calon-calon pejabat publik, tentunya Ketua Umum Megawati beserta dewan pakar dan  dewan pengurus PDIP, melakukan penyaringan kader untuk memutuskan calon presiden atau  seorang pemimpin yang bisa menjadi seorang negarawan. Dan faktanya, PDIP berhasil memunculkan figur seorang Jokowi yang dikenal merakyat dan santun, yang telah berhasil melakukan tugasnya dengan baik sebagai seorang presiden. Namun Ketika diakhir masa periodenya, Jokowi yang diberikan mandat sebagai petugas partai, yang arti dan makna petugas partai itu adalah untuk membawa amanah rakyat, membawa amanah konstitusi UUD 1945 dan nilai-nilai pancasila, justru menjadi antiklimax ketika penilaian rakyat banyak yang menilai Jokowi telah mencederai bahkan merusak nilai-nilai demokrasi. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya para tokoh pengamat politik, budayawan, agamawan, aktivis mahasiswa, youtuber dan akademisi, yang memprotes atas keprihatinan situasi dan kondisi Indonesia saat ini.

Saya menangkap aspirasi rakyat yang berharap,  Jokowi bisa memberikan ketauladanan tentang nilai-nilai etika dan moralitas politik serta bisa bersikap netral pada pemilu 2024.

Meskipun rakyat juga cerdas dan punya logika, apakah mungkin Jokowi bersikap netral?

Adanya berbagai isu intimidasi oknum-oknum tertentu kepada pendukung GP, membuat banyak kelompok dan tokoh-tokoh masyarakat prihatin, hingga seorang budayawan NU, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan, “kini kita tengah menghadapi satu materi dengan rasa yang berbeda, yakni materi republik dengan rasa kerajaan”.

Jika berbicara hati nurani dan kebeningan akal budi, masyarakat pasti bisa menilai, bagaimana seorang presiden yang dicintainya membangun  politik dinasti. Di mana Gibran sebagai putra penerus politik dinasti keluarga  yang dipersiapkan oleh Ibu Iriana dan Jokowi, dipasangkan sebagai cawapresnya  Prabowo.

Seandainya generasi X (yang lahir di tahun 1965 – 1980) yang memiliki suara 28%, generasi milenial 33% (lahir 1981- 1996) dan generasi Z  23% (lahir 1997-2012), dengan jumlah total 84% suara dalam pemilu 2024, masih mencintai Jokowi karena prestasinya membangun dan membawa perubahan indonesia, namun pertanyaannya, apakah 84% suara tersebut serta merta akan mendukung paslon 2 Prabowo-Gibran?.

Dengan menuju kebeningan akal sehat dari rakyat, para pendukung Ganjar Mahfud bisa merasakan lahirnya seorang pemimpin baru yang merakyat.

Kita telah melihat secara fakta, PDIP berhasil melahirkan seorang Jokowi yang merakyat (bukan PDIP dikenal karena Jokowi, tapi karena PDIP maka Jokowi dikenal. Jokowi menang pemilu 2019 dan 2024, atas dukungan PDIP, para relawan dan suara rakyat, yang memilih Jokowi).

Kini rakyat punya harapan baru, dan PDIP menetapkan Ganjar Pranowo yang merakyat dan Mahfud MD yang tegas, sebagai pasangan Dwitunggal, dimana mereka berdua akan membasmi KKN, penegakan hukum, peningkatan kualitas SDM dengan sekolah gratis (SD s/d SMA), pendirian 1 puskesmas 1 nakes untuk setiap desa, pembukaan lapangan pekerjaan, meneruskan BLT, dan berbagai program lain terkait kebutuhan rakyat saat ini.

Harapan baru juga untuk generasi muda memiliki pemimpin yang bisa punya komitmen, menyatunya antara pikiran, ucapan dan tindakan, yang kelak bisa ditauladani.

Semoga saudara-saudaraku di seluruh indonesia, kita tetap menjaga keharmonisan dan jalannya pemilu dengan transparan, jujur dan adil.

Saya berdoa, semoga saudara Iyyas Subiakto, terbuka mata hatinya dan segera bisa mendapatkan pencerahan kalbu menuju kebeningan akal sehat. √

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Rekomendasi

Terkini

X