Kunjungi Kampung Nelayan Oesapa NTT yang Dihantam Siklon Seroja, Ini Catatan Kepala BMKG

photo author
- Senin, 22 November 2021 | 13:50 WIB
Kepala BMKG Dwikorita  Karnawati saat mengunjungi Kampung Nelayan Oesapa, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dihantam Siklon Seroja, April 2021 lalu. (SATUARAH.CO/MUFRENI)
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat mengunjungi Kampung Nelayan Oesapa, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dihantam Siklon Seroja, April 2021 lalu. (SATUARAH.CO/MUFRENI)

SATUARAH.CO - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengunjungi Kampung Nelayan Oesapa, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dihantam Siklon Seroja, April 2021 lalu.

Saat kejadian tersebut tercatat sebanyak 181 korban meninggal di seluruh wilayah NTT akibat Siklon Tropis Seroja. Kampung Nelayan Oesapa merupakan kampung pesisir di bibir pantai namun memiliki data korban jiwa paling minim, karena pemahaman penerimaan pesan tanda-tanda badai dari BMKG mampu diterjemahkan dengan baik.

"Untuk kesekian kalinya, kami BMKG meninjau langsung wilayah terdampak Siklon Tropis Seroja di kampung Nelayan Oesapa, Kupang, NTT yang terjadi pada April lalu, untuk mempelajari data-data lokasi yang terdampak bencana," kata Dwikorita, Senin (22/11/21).

Dwikorita nampak takjub atas penanganan dan respons masyarakat kampung nelayan karena mampu memitigasi datangnya badai Siklon Seroja dengan baik.

Baca Juga: Hindari Makanan dan Minuman Ini, Asam Lambung Dijamin Cespleng

Ia mengatakan, kecerdasan masyarakat kampung nelayan dalam memahami gejala akan datangnya siklon tropis, dikarenakan beberapa tokoh kampung nelayan pernah mengikuti Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang diselenggarakan oleh BMKG sejak 2017.

Namun, Dwikorita memberikan catatan bahwa ia menyayangkan fasilitas pemenuhan mitigasi bencana di Kampung Nelayan Oesapa masih sangat minim.

Ia mencontohkan, perlengkapan dan lokasi untuk pengamanan kapal-kapal dari fenomena siklon tropis belum tersedia, sehingga banyak kapal yang hancur diterpa siklon tropis.

"Jangankan untuk pengamanan kapal, fasilitas untuk mengamankan jiwa untuk evakuasi ketika siklon tropis terjadi saja di kampung ini belum tersedia pada saat itu, namun untungnya inisiatif menggunakan sekolah sebagai lokasi evakuasi mampu menampung banyak masyarakat," ujarnya.

Baca Juga: Terjadi Ketidakpastian Tanggal Pelaksanaan, Muktamar ke-34 NU Terancam Buntu

Dwikorita menerima banyak masukan dari masyarakat untuk terus mengembangkan teknologi dan informasi dalam penanganan badai. BMKG akan kembali menyelenggarakan SLCN secara khusus kepada keluarga nelayan, bukan hanya nelayan saja.

Sebab, hal tersebut menurutnya atas masukan dari masyarakat kampung nelayan yang sangat membutuhkan literasi pemahaman mengenai membaca cuaca.

Dwikorita mengaku, tergugah untuk menyelenggarakan SLCN lebih luas kepada keluarga nelayan, sebab fenomena cuaca ekstrem bisa datang kapan saja, termasuk ketika para nelayan sedang melaut, sedangkan pada saat bersamaan keluarga masih berada di rumah, sehingga jika keluarga juga memahami tanda-tanda cuaca ekstrem, maka mitigasi bencana hidrometeorologi akan bisa lebih masif dilakukan dalam mengurangi kerusakan dan korban jiwa.

Sementara itu, Muhammad Mansur Dokeng atau akrab disapa Dewa selaku Ketua Komunitas Angsa Laut di Kampung Nelayan Oesapa yang juga merupakan alumnus SLCN, memberikan apresiasi kepada BMKG atas inisiatif menggelar SLCN, sehingga mampu menambah literasi kebencanaan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X