Endy juga menggarisbawahi pentingnya sikap politik bebas dan aktif terhadap situasi politik yang terjadi di Ukraina. Di sisi lain, Indonesia sebagai tuan rumah G20 perlu menginisiasi roadmap jangka panjang seperti yang dilakukan oleh pemerintah di tahun 1995 melalui KTT APEC yang melahirkan yang melahirkan Perdagangan Bebas Kawasan Asia Pasifik di tahun-tahun setelahnya.
Sementara itu, Yulius Purwadi Hermawan memandang sikap hati-hati Indonesia dalam merespon situasi di Ukraina sudah tepat, mengingat posisi Indonesia sebagai tuan rumah G20 di tahun 2022 ini.
Selain itu, Yulius juga mengatakan, inflasi global akan sulit dihindarkan ketika kenaikan harga minyak dunia akibat situasi di Ukraina terus berlanjut.
“Dari sisi perdagangan, Ukraina dan Rusia merupakan mitra dagang yang strategis bagi Indonesia. Ukraina merupakan pengekspor Gandum dan Jagung terbesar ke 3 bagi Indonesia. Oleh karenanya, situasi krisis di Ukraina kemungkinan akan menganggu pasokan komoditas ini," paparnya.
Baca Juga: Atasi Kelangkaan Minyak Goreng, Firli Bahuri Dorong Pemerintah Integrasikan Sistem Neraca Komoditas
“Jika situasi tidak kunjung membaik, kehadiran Rusia di G20 akan dilakukan secara virtual, di tengah desakan dari beberapa negara anggota G20 untuk mengeluarkan Rusia dari keanggotaan. Posisi Rusia saat ini merupakan komplikasi dari situasi yang sudah dialami sebelumnya,” ujar Yulius.
Menurut pandangan Yulius, negara G7 sangat memerlukan forum G20 untuk menjembatani perbedaan dengan Rusia dan Cina.
“Selain itu melalui forum G20 juga diharapkan Indonesia turut berperan dalam mendorong transisi new energy yang sudah dikampanyekan sejak lama. Manuver dan langkah Cina sebagai negara anggota G20 akan sangat strategis dalam menentukan situasi yang akan terjadi di dalam G20 tahun ini,” pungkasnya. √