SATUARAH.CO - Pada momen 100 hari Kabinet Merah Putih di bulan Januari 2025 lalu, sejumlah lembaga merilis hasil survei mereka terhadap kinerja para pembantu Presiden Prabowo Subianto.
Beberapa menteri mendapat predikat terbaik, sebagian mendapat predikat terburuk sehingga disebut layak diganti.
Menteri Koordinator bidang Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan (Menko Kumham Imipas) Yusril Ihza Mahendra mengungkapkan, tugas menjadi pemimpin tidak mudah. Seorang pemimpin berkewajiban untuk menyerap harapan seluruh rakyat.
"Pemimpin juga harus menunjukkan kepada rakyat, langkah apa yang harus ditempuh untuk mengatasi keadaan yang ada sekarang, untuk menuju hari depan yang lebih baik," kata Yusril melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (15/2/25).
Baca Juga: Makan Bergizi Gratis Sentuh Distrik Homeyo Papua Tengah, Gunakan Bahan dari Kebun Warga
Seperti diberitakan, di bidang hukum, Menko Kumham Imipas Yusril Ihza Mahendra mendapat penilaian positif dalam beberapa survei. Lembaga Indikator Politik Indonesia menempatkan Yusril dalam daftar menteri yang dinilai baik oleh publik.
Sedangkan survei Litbang Kompas mencatat bahwa 72,1% responden puas dengan kinerja pemerintah di bidang hukum secara keseluruhan.
Namun, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Menko Yusril Ihza Mahendra memperoleh penilaian sebesar 1,6% dan masuk dalam kelompok menteri dengan kinerja yang buruk.
Atas perbedaan penilaian itu, Yusril menyatakan tidak risau. "Saya tidak akan merasa tersanjung kalau kinerja dinilai baik. Sebaliknya juga tidak akan kecil hati kalau kinerja dinilai buruk. Saya bekerja saja dengan hati nurani, pikiran, ilmu, dan pengalaman yang saya miliki," ucapnya.
Baca Juga: Eksekusi di PN Cikarang dan Perkembangan Kegaduhan Persidangan di PN Jakarta Utara
Yusril melanjutkan, ada kalanya pemimpin memutuskan sesuatu yang tidak populer di mata rakyat dengan membuat kebijakan yang melawan opini, dan bahkan bisa dituduh melawan kehendak rakyat.
"Pemimpin seperti itu, pada hemat saya, tidak selalu dianggap sebagai orang gila. Sebab, dia dijadikan pemimpin karena dia dianggap beda dengan rakyat kebanyakan," ujarnya.
Di sisi lain, Menko Yusril juga menilai, sosok pemimpin adalah manusia yang mampu melihat persoalan yang tidak terlihat di mata orang lain, apalagi di mata orang awam. Dia memutuskan sesuatu yang dampaknya baru terasa di masa depan.
Baca Juga: Warga Distrik Homeyo Papua Tengah Sambut Bahagia Makan Bergizi Gratis: Terima Kasih Bapak Prabowo