Ketika Orang Tua Ajari Anak Curang: Bencana Pendidikan Dimulai dari Rumah

photo author
- Jumat, 2 Mei 2025 | 20:53 WIB

“Kita bukan hanya outsourcing waktu kita sebagai orang tua,” ujar Devie, mengutip riset Outsourcing Parenthood? dari Wisconsin School of Business, “tapi juga outsourcing empati, nilai, dan tanggung jawab. Orang tua hari ini seperti CEO yang menyerahkan fungsi pengasuhan pada aplikasi, guru les, dan konsultan.”

Baca Juga: Bendung Pintu Air Rusak, Petani Desa Buni Bakti Minta Rehab Total

Namun di tengah kegaduhan moral ini, masih ada cahaya kecil. SMA Kemala Taruna Bhayangkara memilih arah yang berbeda.

“Kami tidak hanya menilai kemampuan akademik siswa,” ujar Prof. Dedi Prasetyo, Guru Besar UNISULA dan Ketua Yayasan Kemala Taruna Bhayangkara, tetapi juga komitmen keluarga terhadap pendidikan karakter. Karena kami percaya: anak bukan dibentuk oleh sekolah saja, tetapi oleh ekosistem rumah.

"Salah satu elemen kunci dalam seleksi masuk sekolah ini adalah wawancara orang tua. “Ini bukan formalitas,” tegas Dedi, Irwasum Polri.

“Kami ingin tahu: nilai apa yang hidup di rumah? Apakah orang tua siap menjadi mitra sekolah, bukan hanya penonton di tribun?” ujarnya bertanya.

Baca Juga: Cegah DBD, Kades Kedung Pengawas Gelar Kerja Bakti Bersihkan Lingkungan

Temuan ini sejalan dengan riset Edutopia (2023) dan Ramagya School (2024), yang menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua secara aktif dalam proses pendidikan—terutama melalui wawancara keluarga—dapat meningkatkan keadilan, pemahaman lintas budaya, dan keberhasilan akademik jangka panjang.

“Sekolah bukan tempat penitipan anak. Pendidikan tidak bisa berjalan satu arah,” tegas Dedi Prasetyo, Ketua Yayasan Kemala Taruna Bhayangkara.

Baca Juga: Peringatan Hardiknas 2025, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bekasi Kompak Berbusana Daerah

“Karakter tidak diajarkan lewat soal try out. Ia tumbuh lewat teladan sehari-hari.”

Maka, pada Hari Pendidikan Nasional ini, kita perlu berhenti sejenak. Bertanya dengan jujur: apakah kita sedang membesarkan generasi pembelajar sejati, atau hanya generasi pemalsu sukses?.

“Pendidikan sejati bukan dimulai dari skor ujian semata. Ia tumbuh dari meja makan yang penuh diskusi, dari pelukan yang memberi rasa aman, dan dari keberanian untuk mengakui—bahwa gagal itu manusiawi, dan curang itu tidak. Masa depan Indonesia tidak ditentukan oleh algoritma seleksi perguruan tinggi. Ia ditentukan oleh karakter anak-anak yang kita besarkan hari ini—dan siapa yang berani menjadi orang tua sungguhan di zaman yang serba instan ini,” tutup Dedi. √

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Rekomendasi

Terkini

BMKG Resmi Tutup Rangkaian Pelatihan Dasar CPNS

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:21 WIB

Warga Babelan Terima Bansos Beras dan Minyak Goreng

Sabtu, 29 November 2025 | 12:45 WIB
X