Indonesia Krisis Kedelai, Amin Ak: Janji Presiden Jokowi Gagal

photo author
- Jumat, 18 Februari 2022 | 21:14 WIB
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak. (telusur.co.id)
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak. (telusur.co.id)

SATUARAH.CO – Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak mendorong pemerintah untuk berani menerapkan kebijakan out of the box dalam mengatasi krisis kedelai saat ini.

Ia menyodorkan solusi jangka pendek dengan cara barter antara komoditas kedelai dengan batu bara yang merupakan keunggulan komparatif Indonesia.

Amin menunjuk China dan India, dua negara yang menjadi produsen kedelai terbesar keempat dan kelima di dunia sebagai negara tujuan kerja sama barter kedua komoditas tersebut.

Baca Juga: Koramil 04 Babelan Gelar PPKM Level 3 di Jalan Pertamina, Buni Bakti Babelan

Yang paling memungkinkan, kata Amin, pemerintah mengarahkan BUMN produsen batu bara bekerja sama dengan BUMN Pangan. BUMN batu bara menjual produksinya dengan cara barter, dan nantinya kedelai yang diperoleh dibeli oleh BUMN Pangan untuk mengamankan stok jangka pendek, paling tidak pengamanan stok hingga Juli 2022.

Mengapa sampai Juli, karena diperkirakan harga kedelai global mulai Agustus sudah mulai turun. Di sisi lain, produksi dalam negeri bisa digenjot. Kedelai ditanam mulai Maret 2022, kemudian dipanen Juni hingga Juli 2022. BUMN Pangan bisa proaktif mengamankan stok kedelai nasional.

“China dan India merupakan dua negara konsumen batu bara terbesar di dunia, Statistik global menunjukkan kedua negara ini mengonsumsi 62 persen batu bara dunia. Pada saat bersamaan mereka masuk kedalam lima produsen terbesar kedelai. Tawaran barter batu bara dengan kedelai, seharusnya jadi opsi yang menarik,” kata Amin, dilansir dari telusur.co.id, Jumat (18/2/2022).

Baca Juga: BPN Kota Bekasi Canangkan Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM

Lebih lanjut Amin mengatakan, kebijakan pemerintah seharusnya berorientasi untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya. Berbagai cara dan strategi untuk mewujudkan kebijakan pro rakyat, meskipun berliku harus ditempuh demi keberlanjutan usaha rakyat berbasis kedelai.

“Mayoritas produsen tahu dan tempe adalah usaha mikro dan kecil, mereka baru saja pulih setelah dihantam pandemi. Harus ada solusi cepat dan taktis untuk menyelamatkan usaha mereka,” tegas Amin.

Menurut Amin, pemerintah sudah gagal meningkatkan produksi kedelai dalam negeri sesuai janji Presiden Jokowi untuk memenuhi minimal 30 persen kebutuhan kedelai nasional.

Baca Juga: Gelar Tasyakuran HPN 2022, Ini Pesan Ketua PWI Bekasi Raya

Alih-alih produksi naik, yang terjadi malah turun dari 300 ribu ton pada tahun 2021 menjadi 200 ribu ton pada tahun 2022 ini, sesuai proyeksi Kementan. Sementara kebutuhan nasional mencapai 3 juta ton.

Sebagai solusi jangka pendek, maka impor dengan model barter komoditas seharusnya diperjuangkan mengingat stok kedelai global menjadi rebutan akibat merosotnya produksi kedelai Brazil dan Argentina yang merupakan produsen terbesar dunia bersama Amerika Serikat.  Ketiga negara tersebut menghasilkan sekitar 80 persen produksi kedelai dunia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dudun

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X