SATUARAH.CO - Keberadaan jembatan di Gang Perlan, Kampung Pangkalan RT 09/03 Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan yang dilintasi aliran kali BUT 8 sangat rendah.
Selain itu, saluran Kali BUT 8 tersebut mengalami penyempitan dan pendangkalan, sehingga sampah dari hulu terbawa arus air ke hilir wilayah Babelan nyangkut di bawah jembatan, akibatnya terjadi penumpukan sampah terus menerus.
Seperti yang terjadi di Kampung Pangkalan RT 09/03 Desa Kedung Pengawas, kini nyaris hamparan kali BUT 8 dipenuhi sampah sejauh ratusan meter.
Lia (38) salah satu warga yang tempat tinggalnya tidak berjauhan dari kali BUT 8 itu sudah mulai resah dengan tumpukan sampah yang menyangkut di jembatan.
Selain air nya meluap ke lingkungan dirinya mengatakan, sampah itu juga sudah mulai mengeluarkan bau busuk dan adanya lalat.
Masi kata dia pada malam hari warga juga mengeluhkan banyaknya nyamuk dikhawatirkan menjadi sumber penyakit.
Pantauan satuarah.co di lokasi, Selasa (4/7/23), di sekitar kali BUT 8, selain sampah rumah tangga, aliran kali juga dipenuhi eceng gondok serta bangkai hewan tikus sehingga mengeluarkan aroma tidak sedap.
Warga berharap, agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi segera melakukan normalisasi Kali tersebut, agar tidak ada lagi sampah yang tersendat.
"Setiap ada sampah di kali tersebut, warga selalu resah lantaran mengeluarkan bau busuk dan juga banyaknya lalat dan nyamuk," ungkapnya.
Ronin Ketua RT 09/03 Desa Kedung Pengawas dikonfirmasi mengatakan, sampah di kali itu kerap dibersihkan melalui kerja bakti aparat desa bersama warga yang dikomandoi Kades Nasarudin.
Namun, katanya, selang beberapa lama kemudian sampah itu sudah banyak lagi hingga nyaris menumpuk di hamparan kali.
Menurut Ronin, adanya sampah disebabkan adanya pendangkalan, penyempitan dan jembatan yang rendah lantaran kalinya itu cetek diperkirakan sekitar ketinggian 15 - 20 sentimeter, sehingga nyaris tidak bisa menampung debit air.
Dengan kondisi kali BUT 8 seperti itu, menurut Ronin, warga sangat berharap kepada Pemkab Bekasi agar kali itu segera dilakukan normalisasi dan jembatan yang rendah itu di tingkatkan yang standar.
"Kalau aliran air itu lancar tentunya airnya bisa dimanfaatkan buat petani untuk mengairi sawah dan kebun," imbuhnya. √