Oleh: Didit Susilo *)
BAPAK AING atau Kang Dedi Mulyadi (KDM) Gubernur Jabar memang belakangan ini jadi pusat perhatian publik karena rajin ngonten dalam memimpin Pasundan.
Apapun gebrakannya jadi viral, banyak folowernya hingga menghasilkan pemasukan miliaran rupiah. Dari hasil ngonten itu sang Gubernur suka membagi bagikan uang sebagai kepedulian terhadap wargi Jabar.
Semua pola tingkahnya jadi viral atau sengaja diframing agar dapat empati publik dengan dalih transparansi. Bahkan Dedi punya panggung rakyat yang diberi lebel Sapa Warga.
Untuk saat ini, semua masih kaget dengan beribu sanjungan kinerja Bapak Aing. Meski tiap hari ribuan warga Jabar kena gusur, jadi pengangguran baru, gelandangan yang hanya dapat uang kerohiman sebulan ngontrak rumah.
Baca Juga: Sandra Erawanto: Kelurahan Bahagia Harus Berubah Jadi Warga Berkelas Dunia
Memang sepintas menyelesaikan masalah terkait dampak banjir tapi juga membuat masalah baru dan hanya bom waktu.
Digusur usahanya tanpa solusi, digusur hunian nya tanpa relokasi, diusir paksa tanpa melihat sisi kemanusiannya. Layak juga Bapak Aing dapat julukan Baru Bapak Tukang Gusur.
Karena sering ngoten dan diuber-uber rakyatnya untuk sekedar salaman, KDM mulai nyerempet ke ranah yang sensitif.
Dulu Gubernur DKI Basuki yang populer dipanggil Ahok gara-gara keseleo lidah masuk penjara. KDM mulai ngedabrus ofside, asal bunyi tidak disaring lagi dampaknya. Mulutmu adalah harimaumu rupanya sudah mulai luntur dalam diri KDM.
Repotnya statemen KDM disampaikan dalam acara resmi. Asal bunyi (asbun) itu memerintahkan jajarannya tidak perlu menjalin kerja sama dengan perusahaan media. Kalimat Ofside itu disampaikan di depan mahasiswai Universitas Pakuan (Unpak) Bogor sebagaimana diunggah melalui kanal YouTube UNPAK TV, pada Selasa, 24 Juni 2025.
Mentang mentang sudah jadi pusat perhatian, dengan dalih efisiensi KDM meminta jajarannya cukup menggunakan medsos.
Baca Juga: Perkuat Keluarga dan Organisasi, Kanwil Bea Cukai Sulbagsel Gelar Family Day
Jelas pernyataan KDM mencerminkan tidak ada keberpihakan kepada insan pers, pekerja pers dan perusaha pers yang sudah megap-megap karena minimnya advetorial dan kerjasama sosialisasi.