aspirasi

Tenggelamnya Gabus, Ngambangnya Batu Hitam

Selasa, 1 Oktober 2024 | 09:07 WIB
Achmadi Adinugroho

Oleh: Achmadi Adinugroho

JUDUL itu maknanya adalah sanepo dari leluhur Jawa untuk kembalinya ajaran budi, ajaran pemula sebelum munculnya semua keyakinan di jagat ini.

Slogan itu digambarkan dengan adanya isu yang tersebar tentang pencarian benda antik buatan empu, yakni yang punya jagat. Sebuah gerakan alamiah cinta budaya gedi (agung), memurnikan hakekat Ketuhanan.

Ajaran budi mengajak manusia kembali kepada ibu (bumi pertiwi) masing-masing sebagai wujud cinta tanah air bagian dari iman.

Agama adalah Ageman atau pelindung raga dan negara sekedar identitas untuk mencirikan bangsa yang berbeda, bukan dinding pemisah silaturahim. Ageman seharusnya sebagai alat pemersatu suatu bangsa yang bermuara ke persatuan dunia.

Karena itu Gusti Agung mengajarkan rukun Islam yakni ketekunan para ksatria untuk menemukan solusi kekeruhan isi alam yang disebabkan ego setiap bangsa yang ambisi ingin benar sendiri dan menyalahkan yang lain.

Mereka lupa bahwa manusia yang dibatasi oleh wilayah dan kesepakatan yang berbeda-beda, sesungguhnya saudara sekandung. Agama atau ageman yang salah difahami dijadikan ajang konflik.

Agama atau ageman yang salah difahami ini digambarkan gabus yang biasanya berwarna putih, harus ditenggelamkan.

Sedangkan batu hitam sebagai ajaran tua dan berbobot harus tampil sebagai pengayom untuk menjadi tali suh kedamaian dalam perbedaan. Ajaran Budi sebagai Payung Agung memayungi dunia menghidupkan konsep Bhineka Tunggal Ika.

Ukuran mutu sebuah ajaran adalah indahnya perilaku terhadap sesama dan semesta, bukan indahnya kemasan ritual.

Budaya Agung adalah kalbu yang diberdayakan, yakni akal dan budi (pemikiran dan perilaku) toleran menghadapi aneka kehidupan untuk hidup damai berdampingan, mewujudkan keadilan sosial bagi nusa (manusia) dan bangsa (semua kehidupan) di semesta. √

Tags

Terkini