SATUARAH.CO - Tokoh muda NU dari Indonesia Timur Abdul Hamid Rahayaan mengingatkan kepada pihak-pihak luar untuk tidak mencampuri urusan pelaksanaan Muktamar NU yang akan digelar pada 23-25 Desember mendatang di Provinsi Lampung.
Seperti, diduga ada pihak luar yang sengaja melakukan intervensi untuk memenangkan salah satu calon Ketua Umum PBNU. Dugaan keterlibatan pemerintah tersebut terendus lewat aksi oknum yang mengatasnamakan dari Kementerian Agama yang dengan serempak memborong seluruh hotel di sekitar arena Muktamar.
"Tentu upaya tersebut merupakan strategi untuk memenangkan salah satu calon Ketua Umum PBNU,” kata Abdul, Selasa (9/11), kepada sejumlah awak media di Jakarta.
BACA JUGA: Prajurit Lanal Bandung Uji Trampil Glagaspur Pangkalan 1 dan 2
Dikatakannya, jika memang cara itu dilakukan oleh pejabat negara, tentu kepala negara harus menjelaskan peristiwa ini kepada publik, apakah dilakukan atas perintahnya, ataukah datang dari inisiatif pribadi Menteri Agama.
“Kalau hal tersebut menjadi inisiatif pribadi staf dan Menteri Agama, maka tentu hal ini sangat memalukan, sikap Menteri Agama dan bawahanya yang memborong kamar hotel untuk kepentingan Muktamar merupakan bentuk pelanggaran etik dan moral,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, patut dipertanyakan dari mana anggaran tersebut bersumber, apakah dari Kementrian Agama atau yang lainnya. Harus diperjelas maksud dan tujuan Kementerian Agama hingga ikut campur dalam urusan Muktamar NU.
BACA JUGA: Komunitas Milleanis Sulbar 24 Deklarasi Anies Baswedan Capres 2024
"Inilah yang dimaksud dengan intervensi pemerintah tehadap urusan internal Nahdlatul Ulama,” ungkap Abdul.
Abdul pun mengimbau kapada seluruh ulama, para kiyai, Ketua Wilayah dan Ketua Cabang NU di seluruh Indonesia agar waspada karena ada indikasi kuat adanya upaya untuk menguasai NU dengan cara kotor atau menghalalkan segala cara.
“Saya minta kepada PBNU untuk mengambil langkah jika memang benar terjadi yang demikian, alangkah baiknya Muktamar ditunda pelaksanaanya sampai Maret 2022, agar tidak memberikan ruang kepada mereka yang ingin menang dengan cara kotor. Atau muktamar tetap dilaksanakan dengan catatan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU dipilih oleh AHWA untuk menghindari permainan kotor pada saat Muktamar nanti,” tandasnya.
BACA JUGA: Hentikan Sarapan Nasi Uduk dengan 2 Bahan Tambahan Ini, Kalau Tidak Mau Mati Muda
Apalagi, lanjutnya, saat ini pandemi masih belum berakhir, tentu harus menjadi pertimbangan sendiri. Dan jika praktek kotor dibiarkan dalam pelaksanaan muktamar, maka akan merusak perjalanan NU.
Ke depan warga NU tidak percaya dengan kepemimpinan yang didapatkan dengan cara curang dan kotor, akan muncul pengurus NU tandingan atau dilakukan Muktamar luar biasa bahkan bisa muncul pengurus NU luar Jawa.