BMKG Ungkap Kondisi Provinsi Riau Masuki Puncak Musim Kemarau

photo author
- Sabtu, 26 Juli 2025 | 10:20 WIB

SATUARAH.CO - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan kondisi terkini Provinsi Riau yang telah memasuki puncak musim kemarau.


Hal ini berdampak pada sangat rendahnya curah hujan sehingga meningkatkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Rabu (23/7/25).

Dwikorita mengungkapkan, saat ini terdapat 135 titik panas di Provinsi Riau dengan sebaran tertinggi di wilayah Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Rokan Hilir.

Berdasarkan pantauan hotspot tersebut, diperkirakan tingkat kemudahan terbakar wilayah Riau sangat tinggi pada 23-24 Juli, kemudian menurun pada 25-27 Juli dan kembali meningkat pada 29-31 Juli 2025.

"Berdasarkan prakiraan iklim terkini, wilayah Riau khususnya pada dasarian ketiga bulan Juli diprediksi mengalami curah hujan rendah, yakni di bawah 20 mm. Kondisi ini berpotensi besar memicu peningkatan karhutla hingga awal Agustus mendatang,” kata Dwikorita, saat Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Riau, Jumat (25/7/25).

Baca Juga: Ditressiber Polda Metro Jaya Tangkap 4 Pelaku Penjual Simcard Perdana Berisi Data Pribadi

Dwikorita menyebut kondisi atmosfer saat ini cukup menantang, tidak hanya pada kelembapan udara di tingkat yang sangat rendah, tetapi juga angin permukaan yang cenderung kencang sehingga dapat mempercepat penyebaran api.

Ditambah lagi dengan jenis lahan gambut yang rawan mengalami kebakaran.

"Menyikapi kondisi ini, Gubernur Riau Abdul wahid pun menyatakan status tanggap darurat karhutla. Oleh karena itu, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) demi mengendalikan titik-titik api yang kian meningkat," ujarnya.

BMKG secara rutin memperbarui prakiraan cuaca dan mendukung penyusunan strategi OMC agar penyemaian awan dilakukan di wilayah yang memiliki potensi pertumbuhan awan secara optimal.

"Dukungan data serta analisis meteorologi dan klimatologi merupakan kunci keberhasilan operasi ini,” lanjutnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto mengatakan, upaya modifikasi cuaca sudah dilaksanakan sejak 21 Juli 2025 dengan total bahan semai 15.600 kg pada 17 sorti penyemaian awan.

OMC difokuskan untuk menampung sebanyak mungkin air hujan pada lahan gambut dan menjaga kelembapannya, mengingat potensi kebakaran masih berlangsung pada bulan Agustus.

"Strategi pada modifikasi cuaca ini adalah menampung air hujan agar melembapkan lahan, terutama tanah gambut yang sangat rawan kebakaran. Kami menargetkan peningkatan tinggi muka air tanah gambut setidaknya mencapai di atas -40 cm agar potensi terbakar dapat ditekan. Rata-rata tinggi muka air saat ini berada di bawah 1 meter, dan ini sangat kritis,” tandas Seto.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Rekomendasi

Terkini

X