BMKG Gelar Climate and Air Quality Fair 2024

photo author
- Rabu, 16 Oktober 2024 | 20:49 WIB

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan pembakaran bahan bakar fosil di industri dan transportasi menghasilkan polutan udara seperti SO2 dan NO2 yang berdampak buruk pada kualitas udara.

Polutan ini dapat bereaksi dengan uap air di atmosfer membentuk asam sulfat (H2SO4) yang turun sebagai hujan asam, merusak lingkungan dan ekosistem perairan, dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan kardiovaskular bagi masyarakat yang terpapar.

"Data-data tersebut, BMKG berperan penting dalam melakukan pemantauan PM2.5 dan gas rumah kaca. Sebanyak 27 peralatan pemantauan referensi PM2.5 dan 5 Gas Rumah Kaca telah dioperasikan. Konsentrasi PM2.5 diukur setiap jam dan informasinya dapat diakses secara near real-time melalui website dan aplikasi resmi BMKG.

Pun, laboratorium kualitas udara BMKG berperan penting dalam melakukan pemantauan dan analisis kualitas udara secara akurat, utamanya untuk deposisi kering dan deposisi basah polutan," ungkap Ardhasena.

Baca Juga: Pelemparan Bom Molotov ke Redaksi Jubi Papua, Ketum PWI: Teror Terhadap Demokrasi dan Kebebasaan Pers

Ardhasena mengungkapkan, Climate and Air Quality Fair kali ini, tema yang diusung adalah "Jaga Udara Bersih untuk Lawan Perubahan Iklim".

"Tema ini mengingatkan semua pihak akan pentingnya menjaga udara yang bersih, tidak hanya untuk aspek kesehatan kita tetapi juga untuk keberlanjutan lingkungan, serta pentingnya kolaborasi di berbagai pihak untuk mengurangi dampak buruk dari emisi pencemaran udara," tandasnya.

Direktur Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring Pelaporan Verifikasi KLHK Hari Wibowo menjelaskan pemerintah memiliki target pengurangan emisi gas rumah kaca 2030 sebagaimana yang telah disepakati pada Paris Agreement.

Yakni, kewajiban masing-masing negara untuk menyampaikan kontribusi yang ditetapkan secara nasional dan komitmen para pihak untuk mencapai titik puncak emisi gas rumah kaca secepat mungkin dan melakukan upaya penurunan cepat melalui aksi mitigasi.

"Komitmen adaptasi Indonesia bertujuan untuk menciptakan masyarakat dan ekosistem yang berketahanan terhadap risiko dan dampak perubahan iklim pada tahun 2030," kata Hari.

Direktur Penyehatan Lingkungan Kesehatan Kementerian Kesehatanan Anas Ma'ruf menjelaskan baik polusi udara indoor maupun outdoor mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan manusia di setiap kelompok usia. Orang yang paling rentan adalah kelompok usia lanjut dan kelompok anak-anak.

Kualitas udara yang buruk dapat mengakibatkan kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah atau prematur. Di fase awal kehidupan dapat menyebabkan asma, infeksi pernapasan. Pada orang dewasa bisa stroke, penyakit kardiovaskular, dan bronkitis kronis.

"Strategi adaptasi pengelolaan dampak kesehatan dari buruknya kualitas udara adalah pelayanan kesehatan atas penyakit akibat polusi udara (PPOK, Asma, Pneumonia) difasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan. Riset penyakit dan tata laksana yang terkait faktor risiko polusi udara," imbuhnya. √

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Rekomendasi

Terkini

X