BMKG Gelar Climate and Air Quality Fair 2024

photo author
- Rabu, 16 Oktober 2024 | 20:49 WIB

SATUARAH.CO - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Climate and Air Quality Fair 2024. Kegiatan ini merupakan media promosi dalam konteks penggunaan teknologi dan metodologi pengamatan kualitas udara yang terstandar serta penyediaan informasi kualitas udara, Selasa (15/10/24) lalu.


Sekretaris Utama BMKG Dwi Budi Sutrisno menjelaskan kualitas udara dan perubahan iklim adalah dua isu yang saling terkait dan saling mempengaruhi.

"Emisi dari pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa menjadi penghubung yang krusial antara kedua permasalahan ini. "Polutan seperti CO2, metana, dan black carbon tidak hanya berkontribusi terhadap pemanasan global, tetapi juga berdampak buruk terhadap kualitas udara yang kita hirup setiap hari," kata Dwi, di Auditorium Gedung Pusat BMKG, Jakarta, Rabu (16/10/24).

Lebih lanjut, Dwi mengungkapkan perubahan suhu rata-rata global dari tahun 1850 hingga 2023 terus mengalami peningkatan secara signifikan.

Pun, anomali suhu permukaan tahun 2023 telah memperlihatkan kenaikan suhu di berbagai wilayah dunia khususnya belahan bumi bagian utara.

Baca Juga: Bareskrim Polri Tangkap HD Kepala Jaringan Bisnis Lapak Narkoba Jenis Sabu

BMKG sendiri telah melakukan pemantauan terhadap konsentrasi karbon dioksida (CO2) sebagai upaya global untuk mengamati gas rumah kaca.

Data yang diukur menunjukkan tren peningkatan CO2 yang konsisten dari tahun ke tahun, sejalan dengan tren global peningkatan emisi akibat aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi.

"Sebaran NO2 yang dipantau oleh BMKG via satelit TROPOMI menunjukkan konsentrasi tertinggi terdeteksi di area urban dan sekitar fasilitas pembangkit listrik," ujarnya.

Baca Juga: Ketum Forum Pemred SMSI Prihatin atas Insiden Pelemparan Bom Molotov ke Kantor Redaksi Jubi, Begini Kata Dar Edi Yoga

Berdasarkan data monitoring, sebaran partikel akibat kebakaran hutan dan lahan pada 5 Oktober 2023 menunjukkan konsentrasi partikel yang tinggi akibat pembakaran biomassa yang tersebar di sebagian besar wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Akibatnya, emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil seperti CO2, metana (CH4), dan polutan lainnya berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global dengan memperkuat efek rumah kaca di atmosfer.

Baca Juga: Komnas Disabilitas Beri Penghargaan kepada Polri, Lakukan Kebijakan Inklusif dan Humanis

"Selain itu emisi ini juga mengandung partikel berbahaya seperti black carbon dan nitrogen oksida (NOx) yang secara langsung menurunkan kualitas udara," ungkap Dwi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Rekomendasi

Terkini

X