SATUARAH.CO – Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis mengartikan muhasabah sebagai penggabungan upaya dan doa, yang dianalogikan sebagai pasukan dan senjatanya.
Menurut dia, pasukan tanpa sejata akan lemah, begitu juga senjata tanpa pasukan atau pemakainya, maka tidak akan menghasilkan apapun.
“Muhasabah ini penting untuk diakukan, jika kita kilas balik, awal tahun 2021 diawali dengan bancana banjir di Kalimantan, ada pula banjir bandang di Jawa Barat, dan sudah 20 bulan kita masih harus serba terbatas karena pandemi,” kata Kiai Cholil saat menyampaikan tausiyah dalam Muhasabah dan Istighasah Akhir Tahun MUI di Masjid Istiqlal, kemarin.
Baca Juga: Salurkan Bantuan ke Korban Kebakaran Pacciro, Politisi NasDem Sampaikan Pesan Ini
“Semoga di 2022 kita sudah bisa melepas segala belenggu yang ada, meski kita nanti tidak bisa langsung melepas masker, tapi minimal kita bisa terlepas dari lonjakan kasus Covid-19,” sambungnya.
Jika mengutip pengertian dari Abu Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Mawardi, muhasabah adalah merenung di malam hari atau penghujung waktu, mencoba menyeleksi mana yang perlu dipertahankan, ditingkatkan, dan dihentikan.
Merujuk pada pentingnya bermuhasabah, Kyai Cholil bersama Komisi Dakwah MUI juga berencana untuk merutinkan kegiatan serupa bersama ormas-ormas Islam yang dinaungi MUI.
Baca Juga: Bupati Cirebon Lantik 135 Kuwu, Ini Pesannya
“Kita harus mengevaluasi perilaku kita di momentum akhir tahun ini, kalau itu baik maka teruskan, jika itu jelek, maka perbaiki diri. Tapi jika perbuatan itu membawa mudarat, maka hentikan,” katanya.
“Insya allah kita juga akan rutinkan acara seperti ini di 2022, kami rutinkan menggabungkan ormas-ormas Islam yang terkumpul dalam naungun mui, mungkin bisa dua bulan sekali atau sebulan sekali atau tiga bulan sekali. Kita hubungkan dengan pemerintah dan kepentingan umat, sehingga manfaat acara ini selain ngaji, selain istighosah, kita juga bisa bersama membangun persepsi umat, terlepas dari apapun perbedaan kita, dengan tujuan persatuan bangsa dan negara,” paparnya.
Dia mengingatkan seluruh masyarakat untuk memanfaatkan momen pergantian tahun untuk bangkit dan maju ke depan.
Baca Juga: Tri Adhianto Tinjau Vaksinasi di SDIT Bojong Rawa Lumbu, Begini Katanya
“Jangan sampai hari ini atau tahun depan dengan yang kemarin. Yang paling utama adalah kedekatan diri kita pada Allah SWT, jangan sampai tambah tua makin jauh dari Allah. kita juga harus membawa resolusi baru di 2022,” imbuhnya.
Dia mencontohkan riwayat hidup Imam Syafi’i, yang meski hanya hidup selama 54 tahun, namun mampu menciptakan banyak karya dari beragam jenis ilmu dan jasa yang besar bagi perkembangan Islam, yang bahkan hingga kini masih dirasakan manfaatnya oleh umat Muslim.