SATUARAH.CO - Jalan rusak masih menjadi persoalan klasik di tengah masyarakat. Asumsi ini berkembang lantaran belum juga ada perhatian dan perbaikan dari pihak pemerintah.
Masyarakat penerima manfaat dari hasil pajak, terkadang harus merasakan dulu pedasnya aspal.
Menurut Waryono warga Kota Cirebon, kerusakan jalan jangan selalu karena persoalan hujan dan volume kendaraan. Tetapi harus lebih ditekankan pada kualitas pekerjaan dan mutu bahan yang digunakan.
Baca Juga: Dongkrak PAD, Bapenda Kabupaten Majalengka Lakukan Terobosan dan Inovasi
"Lagi-lagi masyarakat yang menjadi korban, apalagi jika dalam perjalanan sore atau malam saat turun hujan, hingga tidak mengetahui jalan rusak berlobang akibat tertutup air, akibatnya terkapar dan cium aspal. Kan kasihan, lalu siapa yang harus dipersalahkan?," paparnya seraya mengatakan, kerusakan jalan bisa membahayakan keselamatan warga.
Hal senada juga diungkapkan Ismail, warga Pekalipan, Kota Cirebon.
Menurut Ismail, kerusakan jalan mestinya sudah diantisipasi, jika dilakukan penambalan atau perbaikan harus dilakukan secara merata dan berkualitas, bukan sekedar menambal, sebulan sudah ambrol lagi.
"Ini sama dengan buang-buang anggaran, dan bahaya masih mengintai masyarakat pengguna kendaraan roda dua," tandasnya.
"Coba saja kita lihat, selalu jalan rusak lagi dan rusak lagi, hujan itu dari mulai diciptakan bumi sudah diturunkan, jadi tidak juga harus selalu menjadi alasan utama selain bertambahnya kendaraan, artinya mulai dibicarakan dan diperhatikan soal kualitas dan mutu pekerjaannya," tambah Ismail tampak kesal. √