Dari dalam negeri, hadir pula perwakilan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, akademisi, serta perencana kota.
"Selama tiga hari, lanjut Fachri, peserta membahas sejumlah agenda strategis, mulai dari perkembangan terbaru proyeksi iklim CORDEX-SEA berbasis model CMIP6, hasil downscaling iklim perkotaan resolusi tinggi untuk kota-kota besar seperti Jakarta, Bangkok, Hanoi, Kuala Lumpur, dan Manila, hingga pemanfaatan informasi iklim guna mendukung aksi adaptasi dan mitigasi," ungkap Fachri.
Fachri mengungkapkan, Workshop menggarap pengembangan platform data portal sebagai penghubung antara ilmuwan dan pembuat kebijakan.
Baca Juga: Diskominfosantik Kab Bekasi Dorong Akselerasi Implementasi SPBE di Perangkat Daerah
Agenda juga meliputi kunjungan ke sistem peringatan dini BMKG, yakni Tsunami Early Warning System (TEWS), Meteorological Early Warning System (MEWS), dan Climate Early Warning System (CEWS), paparan teknis peneliti regional dan internasional, serta forum perencanaan tindak lanjut proyek CARE for SEA dan CORDEX-SEA.
"Salah satu hasil yang ditargetkan adalah ketersediaan data iklim perkotaan yang dapat diakses publik melalui platform seperti Earth System Grid Federation (ESGF) dan Southeast Asia Regional Climate Change Information System (SARCCIS), serta terbentuknya jalur komunikasi langsung antara penyedia data dan pengambil keputusan," ujarnya.
Penyelenggaraan workshop mencerminkan komitmen Indonesia sekaligus peran BMKG sebagai global player dalam diplomasi iklim kawasan. Kontribusi nyata tersebut sejalan dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam mendorong pembangunan kota yang tangguh terhadap perubahan iklim.
Proyek yang berlangsung selama tiga tahun ini didanai oleh Asia-Pacific Network for Global Change Research (APN) dan berfokus pada penyusunan informasi bahaya iklim berskala kota untuk lima megacity di kawasan Asia Tenggara (Bangkok, Hanoi, Jakarta, Kuala Lumpur, dan Manila). Selain APN, dukungan juga diberikan oleh World Climate Research Program (WCRP) dari World Meteorological Organization (WMO).
"Lebih dari 100 peserta online di Zoom, 36 peserta perwakilan asing, dan 75 peserta dari perwakilan dalam negeri, menghadiri kegiatan ini. Peserta berasal dari berbagai lembaga terkemuka, antara lain VNU University of Science, USTH, IMHEN, Vietnam Academy Water and Resources, Chulalongkorn University, Ramkhamhaeng University, Climate Change and Environmental Research Center, Universiti Kebangsaan Malaysia, Universiti Malaysia Terengganu, Kuala Lumpur City Hall, Manila Observatory, Universiti Brunei Darussalam, CCRS, NUS, HKUST, MRI, UNSW, CSIRO Australia, UK Met Office, AHA Centre, hingga IPCC," imbuhnya.
Dari Indonesia turut hadir pemerintah provinsi DKI Jakarta, Kementerian PUPR, KLHK, BAPPENAS, serta akademisi dari Universitas Indonesia, ITB, IPB, dan STMKG bersama peneliti di bidang iklim dan pembangunan berkelanjutan. √