nasional

Dompet Dhuafa Gelar Sarasehan Tokoh Bangsa: Merajut Kebersamaan, Wujudkan Merdeka dari Kemiskinan

Kamis, 14 Agustus 2025 | 07:51 WIB

SATUARAH.CO - Dalam rangka memperingati 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Dompet Dhuafa akan menggelar Sarasehan Tokoh Bangsa bertema “Merajut Kebersamaan, Mewujudkan Merdeka dari Kemiskinan” di Sasana Budaya Rumah Kita Dompet Dhuafa, Jakarta Selatan, Rabu (13/8/25).


Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional lintas bidang, antara lain Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA, (Ketua Umum PBNU 2010–2021), Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A (Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI), Dr. H. Rahmat Hidayat, SE., MT. (Sekjen Dewan Masjid Indonesia), Yudi Latif, Ph.D. (Aktivis dan Cendekiawan), Dr. Bambang Widjojanto (Aktivis Hukum dan Demokrasi), Ahmad Juwaini (Ketua Pengurus YDDR) dan Parni Hadi (Inisiator & Ketua Pembina YDDR).

Ahmad Juwaini dalam sambutannya menyampaikan, data-data angka kemiskinan sampai hari ini masih terus menjadi kontroversi.

Belum lagi jika menggunakan standar kemiskinan versi Bank Dunia, bertambah lagi kerunyaman persentase dan jumlah penduduk miskin di Indonesia.

Baca Juga: Wakil Wali Kota Bekasi: Semarak HUT RI di Bekasi Selatan, Bermanfaat Dirasakan Masyarakat

“Bahwa data-data angka kemiskinan sampai hari ini masih terus menjadi kontroversi. Belum lagi jika menggunakan standar kemiskinan versi Bank Dunia, bertambah lagi kerunyaman persentase dan jumlah penduduk miskin di Indonesia,” kata Ahmad Juwaini, kepada wartawan, Rabu (13/8).

Sementara itu, Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi memberikan keynote speech dengan filosofis nan bijak.

Ia katakan bahwa Bung Karno sebagai Bapak Pendiri Bangsa Indonesia, pernah mengatakan, perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuanganmu lebih berat karena melawan bangsa mu sendiri.

“Inilah perjalanan usia, 80 tahun adalah perjuangan melawan penderitaan dari zona nyaman. Tiada kata yang paling tepat untuk me-narasi-kan kondisi Dompet Dhuafa saat ini adalah ‘tumbuh’. Dalam segala aspek - program, kepercayaan publik, penghimpunan, potensi insan - namun, tumbuh juga tantangannya. Maka salah satu solusinya adalah hindari zona nyaman karena membuat orang lengah. Kita harus merdeka dari belenggu kemiskinan. Miskin hati, miskin disiplin, juga miskin value,” tegas Parni.

Selanjutnya, dalam Dialog Kebangsaan dipandu moderator oleh Jurnalis Senior, Dede Apriadi. Pada pandangannya, Rahmat Hidayat mengatakan, bahwa usia 80 tahun harus menjadi bekal muhasabah (introspeksi).

Beri kontribusi mulai dari kita. Masjid yang makmur pun sangat potensial menjadi pusat ekonomi umat jika mampu menghadirkan gerakan-gerakan yang melibatkan masyarakat seperti UMKM atau kewirausahaan yang mampu mencegah pengangguran.

Lebih lanjut, Muhammad Zaitun Rasmi, menyampaikan, “Jika dihadapi dengan pertanyaan, Indonesia sebagai negara muslim terbesar dan banyak kemiskinan. Yang miskin kebanyakan muslim. Apa yang salah? Kita semua harus bisa menjawab ini. Pahami persoalannya secara integral komprehensif. Seperti yang dikatakan Pak Parni, miskin hati, miskin mental, atau bahkan dimiskinkan? Saya kira ini soal penerapan amanat distribusi konsep, ada Pancasila dan UUD”.

Pemikiran menarik juga disampaikan Yudi Latif. Bahwa kita saat ini, sering ‘mencela’ penjajahan, tapi upah minimum di zaman itu ternyata lebih tinggi dari sekarang.

Baca Juga: Pemkot dan Kejari Kota Bekasi Bersinergi Gelar Pasar Murah

Halaman:

Tags

Terkini