SATUARAH.CO - Menghadapi potensi cuaca ekstrem pada periode 10 hingga 14 April 2025, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar rapat koordinasi (Rakor) dan konferensi pers secara daring, Kamis (10/4/25).
Kegiatan ini diikuti oleh BPBD provinsi dan kabupaten/kota, Basarnas, relawan kebencanaan, pengelola wisata, dan awak media di wilayah DIY.
Kepala Stasiun Geofisika Sleman, Ardhianto Septiadhi menyampaikan bahwa BMKG DIY terus memperbarui informasi peringatan dini cuaca ekstrem sebagai bentuk koordinasi dan mitigasi kesiapsiagaan.
Ia menekankan pentingnya antisipasi terhadap hujan lebat, angin kencang, dan petir yang diperkirakan terjadi pada 11–14 April 2025.
Baca Juga: 38 Siswa dan 10 Guru SD Kunjungi Kantor Pusat BMKG
Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, menjelaskan bahwa potensi cuaca ekstrem dipicu oleh tingginya penguapan di wilayah pantai selatan, bibit siklon di selatan Papua dan utara Australia, serta penumpukan awan di langit DIY.
Wilayah yang perlu mewaspadai curah hujan tinggi termasuk Kulon Progo, Gunung Kidul, dan Sleman.
Kepala Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Reni Kraningtyas, menambahkan bahwa wilayah Sleman dan Kulon Progo berpotensi mengalami curah hujan tinggi pada dasarian II dan III April.
Baca Juga: Dekatkan Pelayanan Publik, Pemprov Jabar Bakal Gelar Abdi Nagri Nganjang ka Warga
Meskipun wilayah Bantul relatif aman dari curah hujan ekstrem, sebagai daerah hilir tetap perlu meningkatkan kesiapsiagaan terhadap banjir kiriman.
BMKG juga mengimbau kewaspadaan terhadap potensi tanah longsor, khususnya di wilayah perbukitan Gunung Kidul seperti Semin, Paliyan, dan Playen.
Puncak hujan diperkirakan terjadi pada Minggu, 13 April 2025, dengan risiko aliran lahar dingin di lereng Merapi serta banjir di hilir.
Informasi dari BMKG ini mendapat apresiasi dari mitra, seperti BPBD Sleman yang melaporkan dampak nyata cuaca ekstrem berupa pohon tumbang dan kerusakan bangunan.