“Saya punya keyakinan bahwa bisnis informasi tidak akan pernah mati. Tapi medium akan silih berganti. Bangun brand media kita dengan konten berkualitas agar bisnis bisa berkelanjutan. Apapun mediumnya,” ujar Agus.
Mendukung pernyataan tersebut, CEO Props Ilona Juwita mengajak para pelaku media untuk tetap menjaga kualitas konten di medianya. Ia menyebut, iklan digital ke depan tidak akan hanya sekedar visual namun juga dapat dioptimalkan sesuai dengan karakter konten.
Baca Juga: BRI Journalism 360, Tema: Jurnalistik Berkualitas dan Berkelanjutan di Indonesia
“Iklan itu sekarang gak cuma visual, tapi isinya pesan. Kadang orang buka artikel bola, iklannya soal badminton. Gak masuk ke pembaca meskipun kelihatan. Jadi sekarang kita optimalkan iklan sesuai dengan karakter konten”, tegas Ilona.
Tema jurnalisme berkelanjutan kemudian dipertegas oleh Koordinator Bidang Pelatihan dan Program Jurnalisme Berkualitas Publisher Rights Fransiskus Surdiasis.
Bercerita di hadapan pelaku media di Kota Semarang, Fransiskus meyakini tugas tim Publisher Right dalam menjembatani kerja sama antara perusahaan media di Indonesia dan platform digital seperti Meta, Alphabet, hingga TikTok, dapat mendukung cita-cita jurnalisme berkelanjutan.
Semangat yang sama juga diteruskan oleh narasumber terakhir, Agil Hari Santoso. Sebagai GM Promedia, Agil menjelaskan terkait pengaruh perubahan algoritma yang dilakukan oleh platform digital seperti Google dan bagaimana hal itu dirasakan oleh banyak pengelola media di Indonesia.
"Sebagai platform search engine dengan market share terbesar di dunia, perubahan algoritma yang dilakukan Google pasti memiliki pengaruh ke seluruh website, termasuk ke media online,” kata Agil. √