Dwikorita Karnawati Sebut Anak Muda Kelompok yang Paling Berdampak pada Perubahan Iklim

photo author
- Minggu, 25 Agustus 2024 | 20:18 WIB
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (dua kiri)
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati (dua kiri)

SATUARAH.CO - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut anak muda merupakan kelompok yang paling terdampak perubahan iklim.


Karenanya penting bagi anak muda untuk mau melakukan aksi-aksi nyata dalam pencegahan perubahan iklim, Selasa (20/8/24), dalam Festival Aksi Iklim dan Workshop Iklim Terapan, di Jakarta.
Dwikorita Karnawati mengungkapkan, fenomena perubahan iklim semakin mengkhawatirkan serta memicu dampak yang lebih luas.

Hal itu terlihat dari berbagai peristiwa alam terkait iklim, dari suhu udara yang lebih panas, terganggunya siklus hidrologi, hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia.

"Maka dari itu, seluruh generasi harus saling berkolaborasi untuk menahan laju perubahan iklim," katanya, Minggu (25/8/24).

Lebih lanjut, kata Dwikorita, generasi Z dan Alpha akan menjadi generasi yang paling merasakan dampak dari perubahan iklim.

"Karenanya, saya yakin anak-anak muda yang jumlahnya mendominasi penduduk Indonesia bisa memberikan dampak signifikan terhadap aksi perubahan iklim," ujarnya.

Baca Juga: KPU Selesaikan Draf Revisi PKPU Nomor 8 Tahun 2024

Festval tersebut merupakan suatu rangkaian acara dalam Peringatan Hari Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ke 7.

Adapun tema yang diangkat dalam agenda tersebut yaitu "Aksi Iklim Kaum Muda untuk Perubahan Iklim Indonesia".

Perubahan iklim global bukanlah kabar bohong (hoax-red) dan prediksi untuk masa depan, melainkan realitas yang dihadapi miliaran jiwa penduduk bumi. Karenanya, fenomena tersebut tidak bisa dianggap sebagai sebuah persoalan sepele.

Badan Meteorologi Dunia (WMO), baru saja menyatakan bahwa tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celcius di atas zaman pra industri.

Angka ini, kata Dwikorita, nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015 bahwa dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius.

"Pada tahun 2023, terjadi rekor suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa," ungkap Dwikorita.

Baca Juga: Pernah Jual Gorengan hingga Pelayan, Pidato Wisudawati Unhan Atambua Ini Bikin Prabowo Terharu

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Rekomendasi

Terkini

X