SATUARAH.CO - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meresmikan kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Stasiun Meteorologi Maritim Natuna di Lingkar Ranai, Puak, Kelurahan Ranai Kota, Kecamatan Bunguran Timur, beberapa waktu lalu.
Berdiri di atas lahan seluas 10.697 m2, Stasiun Meteorologi Maritim ini akan bekerja untuk pengamatan, pengelolaan data, analisis prakiraan cuaca laut, dan menjamin keselamatan nelayan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, salah satu tugas BMKG adalah memonitor perkembangan cuaca dan iklim yang saat ini terganggu dengan laju perubahan iklim di dunia.
"Hal ini menjadi penting terutama demi keselamatan nelayan yang setiap hari hidupnya bergantung pada kondisi laut, Sabtu (3/8/24).
Sehingga diperlukan peralatan dan stasiun yang handal dan dilengkapi dengan peralatan canggih," kata Dwikorita Karnawati.
"Kami akan memasang satu radar maritim dan radar cuaca untuk mendeteksi dinamika gelombang dan arus gelombang sehingga sebelum terjadi musibah bisa terdeteksi dengan radar," ujarnya.
Perlu diketahui, dengan menjamin keselamatan para nelayan dan masyarakat yang menggunakan layanan jasa maritim maka akan mendorong roda perekonomian berjalan dengan baik.
Baca Juga: Atas Dedikasinya Jaga Demokrasi, Prabowo Subianto Terima Pin Emas dari Ketum SMSI
"Terpenting, jika nelayan selamat pada akhirnya akan menghadirkan kesejahteraan untuk semua pihak. Dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia tahun ini, para ahli menyepakati bahwa tantangan 10 tahun ke depan yang paling mengancam perkembangan ekonomi dunia adalah cuaca. Hal ini tentu perlu diantisipasi sejak dini jika tidak ingin perubahan iklim semakin merusak seluruh sendi kehidupan," ujarnya.
Lebih lanjut, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, dampak perubahan iklim sudah sangat terasa saat ini, di mana suhu udara semakin panas jika dibandingkan 20-30 tahun lalu sebelum era industri dimulai.
Perubahan iklim saat ini, lanjut Dwikorita, telah mendekati batas yang disepakati bersama pada Perjanjian Paris COP21 pada 12 Desember 2015.
Baca Juga: Pemkab dan DPRD Setujui LPJ APBD Kabupaten Bogor 2023 dan Sahkan KUA PPAS 2024-2025
"Saat itu, seluruh dunia bersepakat harus membatasi kenaikan suhu rata-rata global di angka 1,5 °C pada 2030. Namun faktanya, saat ini kenaikan suhu melaju lebih cepat dan sudah mencapai kenaikan 1,45°C di atas suhu rata-rata di masa pra-industri. Dibandingkan sekarang 2023 sudah 1,45 derajat. Indonesia ini selama 30 tahun kenaikannya suhu maksimum hingga mencapai 0,9 selama 30 tahun dan ini sangat signifikan kenaikannya," ungkap Dwikorita.
Menurut pemodelan analisis yang dilakukan BMKG dengan asumsi masyarakat Indonesia tidak berhasil mengendalikan laju kenaikan suhu udara maka di akhir abad 2100 maka kenaikan suhu udara akan mencapai 3,5 derajat celcius atau dua kali lipat dari apa yang terjadi hari ini.
Dampaknya tentu akan sangat berbahaya bagi masyarakat. Adapun dampak yang akan dihasilkan adalah badai tropis semakin sering terjadi, gelombang tinggi semakin sering terjadi, dan intensitasnya serta durasinya akan semakin panjang.