Atasi Dampak Perubahan Iklim, BMKG Terus Kembangkan Teknologi Prediksi Iklim dengan Pendekatan Multi Model

photo author
- Selasa, 12 Desember 2023 | 15:09 WIB
Dies Natalis Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta ke-65. (satuarah.co/mufreni)
Dies Natalis Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta ke-65. (satuarah.co/mufreni)

l

SATUARAH.CO - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut telah terjadi kenaikan signifikan konsentrasi gas rumah kaca meliputi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan Dinitrogen Oksida (N2O) di dunia, Senin (11/12/23).

Kenaikan konsentrasi gas rumah kaca tersebut menjadi penyebab dari penangkapan sinar matahari yang tidak memantul keluar, menyebabkan suhu bumi terus meningkat.

Mengambil tema pemanfaatan informasi iklim untuk perencanaan dan pengelolaan sektor perkebunan, Dwikorita menjelaskan situasi kenaikan suhu bumi saat ini tentunya memiliki dampak pada sektor tersebut.

"Sehingga dibutuhkan langkah mitigasi bagi segenap masyarakat," kata Dwikorita, Selasa (12/12), saat acara peringatan Dies Natalis Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta ke-65.

BMKG sebagai lembaga yang telah aktif dalam pengukuran gas rumah kaca sejak tahun 2004, melakukan pemantauan di stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) di Bukit Kototabang, Sumatera Barat. Lebih lanjut, Dwikorita mengungkapkan, data suhu global menunjukkan proyeksi tahun 2023 diperkirakan menjadi tahun terpanas dalam sejarah pencatatan suhu. Pemanasan global ini tidak hanya berdampak pada peningkatan suhu, tetapi juga mengubah pola curah hujan, mengakibatkan kejadian cuaca ekstrem yang signifikan, termasuk di Indonesia.

"Manusia tidak boleh menyerah menghadapi anomali alam. Kenaikan suhu bumi harus dihadapi secara nyata oleh masyarakat, khususnya di Indonesia. Upaya pemerintah seperti program semai hujan yang dilaksanakan sejak Januari hingga November 2023 telah membuktikan keberhasilannya dalam mengurangi titik api penyebab kebakaran hutan gambut dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Kepala BMKG.

Dwikorita Karnawati memberikan penekanan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian, terutama pada komoditi perkebunan. Variabilitas iklim memberikan pengaruh signifikan pada pertumbuhan tanaman dan produksi perkebunan.

Kejadian cuaca ekstrem seperti curah hujan yang ekstrem tinggi atau rendah dan suhu yang ekstrem dapat menyebabkan kerugian besar dalam produksi.

Untuk mengatasi dampak perubahan iklim, BMKG terus mengembangkan teknologi prediksi iklim dengan pendekatan multi model. Dalam menjelaskan upayanya, Dwikorita menekankan penggunaan berbagai model untuk menghasilkan prediksi iklim, memperhitungkan faktor ketidakpastian.

"BMKG telah menyediakan layanan informasi iklim untuk berbagai sektor, termasuk pertanian, pengelolaan sumber daya air, dan kesehatan. Aplikasi InfoBMKG, yang dapat diakses melalui IOS dan Android, menjadi sarana diseminasi bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini terkait cuaca, iklim, dan gempa bumi," ungkap Dwikorita.

Dwikorita Karnawati berharap melalui momen Dies Natalis Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta ke-65 agar kampus berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pertanian dan perkebunan. √

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Rekomendasi

Terkini

BMKG Resmi Tutup Rangkaian Pelatihan Dasar CPNS

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:21 WIB

Warga Babelan Terima Bansos Beras dan Minyak Goreng

Sabtu, 29 November 2025 | 12:45 WIB
X