Tangani Protes Berlebihan, GPII: Polisi Kejar Warga Wadas Hingga ke Hutan dengan Anjing Pelacak

photo author
- Senin, 14 Februari 2022 | 21:24 WIB
Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Semarang Raya mengikuti aksi Kamisan Solidaritas Untuk Warga Wadas di depan Mapolda Jateng, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/2/2022). (tirto.id)
Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Semarang Raya mengikuti aksi Kamisan Solidaritas Untuk Warga Wadas di depan Mapolda Jateng, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/2/2022). (tirto.id)

SATUARAH.CO – Wakil Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Eri Roffi menyoroti konflik antara aparat gabungan TNI dan Polri dengan warga di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.

GPII menyayangkan ratusan petugas dengan senjata lengkap datang ke Desa Wadas mengejar warga hingga ke hutan dengan anjing pelacak.

"Dari video yang beredar tersebut, sejumlah warga ditangkap dan dipukuli oleh polisi karena menolak pembangunan Proyek Bendungan Bener membutuhkan pasokan batuan andesit sebagai material konstruksi," kata Eri dalam keterangan pers, dilansir dari republika.co.id, Senin (14/2/2022).

Baca Juga: Dapat Bantuan Mobil Ambulance dan Sembako dari Pengusaha, Camat Cikarang Pusat Bilang Begini

Eri menyayangkan kebutuhan batu untuk proyek Bendungan ini diambil dari Desa Wadas karena dianggap merusak sumber mata air yang jadi penghidupan warga turun-temurun.

Menurutnya, tindakan kepolisian dalam penindakan dan penanganan masyarakat tidak sesuai dengan konsep 'PRESISI' sebagaimana arahan Kapolri Sigit Prabowo.

GPII menyayangkan ratusan petugas dengan senjata lengkap datang ke Desa Wadas mengejar warga hingga ke hutan dengan anjing pelacak.
GPII menyayangkan ratusan petugas dengan senjata lengkap datang ke Desa Wadas mengejar warga hingga ke hutan dengan anjing pelacak. (cnnindonesia.com)

"Itu masyarakat kecil bukan musuh atau teroris, penanganan terlalu berlebihan mengejar sampai ke hutan dengan anjing pelacak seperti penjahat, mereka menyuarakan dan membela sumber kehidupannya," ujar Eri.

Baca Juga: Media Spanyol Bahas Proses Naturalisasi Jordi Amat, Segera Bela Timnas Indonesia

Eri mengingatkan pentingnya dialog guna menyelesaikan permasalahan ini. "Warga merasa terganggu dirampas hak hidupnya kalau dengan menggunakan cara-cara seperti itu. Harus dengan mediasi damai dan dialog serta musyawarah semua bisa di selesaikan sesuai sila pancasila," lanjut Eri.

Selain itu, Eri menyinggung perlunya penindakan tegas terhadap Kapolda Jateng dan Kapolres Purworejo atas insiden ini. Ia meyakini ada prosesur penanganan yang tidak sesuai prosedur yang tegas dan terukur. "Ini bukan penanganan tegas dan terukur. Sudah kebablasan namanya," ucap Eri.

Eri menyarankan kepolisian bisa lakukan upaya soft approach, membangun komunikasi yang lembut dengan upaya sosialisasinya.

Baca Juga: Di Depan Gubernur Ganjar, Teriakan Wanita Wadas Nggak Main-main: Kami Takut Pak, Kasihan Anak Kami!

"Cara-cara kekerasan seperti itu mencoreng prestasi pak Sigit yang berupaya keras menjadikan polisi sebagai lembaga yang di percaya publik selama satu tahun terakhir. Kami mendesak Kapolri memecat Kapolda Jawa Tengah dan Kapolres Purworejo yang telah membuat malu Kapolri dan mencoreng citra baik Polri di mata warga di tengah upaya keras Kapolri mereformasi kepolisian," tutur Eri.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dudun

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X