hukum-kriminal

Klaim Ferdinand Hutahaean Mualaf, Pengamat: Tidak Bisa Menggugurkan Proses Hukum

Sabtu, 8 Januari 2022 | 17:17 WIB
Cuitan Ferdinand Hutahaean menuai kontroversi karena dianggap menghina agama. (republika.co.id)

SATUARAH.CO – Analis politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Iman menyangsikan kesungguhan pegiat sosial media Ferdinand Hutahean, terkait keseriusan atas klaimnya telah menjadi mualaf sejak 2017.

Sebab pernyataan Ferdinand telah menjadi mualaf ia sampaikan setelah ramai orang yang melaporkan ujaran kebencian yang ia sampaikan di twitter, terkait 'Allahmu Lemah'.

"Ya klaim mualaf inikan upaya untuk mengecoh saja. Bahwa ia juga muslim, jadi upaya dia untuk pembiasan dari ujaran kebenciannya soal 'Allahmu lemah', yang jadi penistaan agama," kata Arif kepada wartawan, dilansir satuarah.co dari republika.co.id, Sabtu (8/1/2022).

Baca Juga: Soal Cuitan 'Allahmu Lemah', Menag Yaqut: Ferdinand Membutuhkan Bimbingan Keagamaan, Bukan Cacian

Akan tetapi, ia yakin publik dan aparat hukum tidak akan terkecoh dengan klaim mualaf Ferdinand tersebut.

Apalagi verifikasi klaim mualaf seseorang itu tidak bisa langsung serta merta terkait dengan perilaku seseorang, menjadi terampuni kesalahan pidananya.

Lagi pula, menurut dia, kasus ini sudah berproses di kepolisian, dan sudah di tahap penyidikan.

Baca Juga: Bareng Iron Man, Polisi Sisir Muara Angke Lakukan Vaksinasi Anak

"Kalaupun dia (Ferdinand) mualaf benaran, itu tidak bisa menggugurkan proses hukum yang sedang berjalan," tegasnya.

Arif mengingatkan model politisi 'kutu loncat' seperti Ferdinand ini memang selalu menimbulkan masalah.

Seringkali mereka ini, lanjut dia, justru mudah mengadu domba antar-elemen politik, karena mereka sudah tidak punya basis politik lagi, namun mengetahui kelemahan-kelemahan politik pihak tertentu.

Baca Juga: Malam Ini Witan Sulaeman Lamar Kekasihnya Rismahani

"Karena tidak memiliki komitmen, mereka tidak punya tanggungjawab harus ikuti aturan mana. Ya model 'kutu loncat' seperti ini loyalitasnya bukan pada ideologi partai, tapi pada kepentingan pragmatis," ungkapnya.

Karena itu, beberapa politikus yang dalam sejarah perjalanannya sering berpindah pindah partai, selalu menjadi masalah.

Halaman:

Tags

Terkini