UTA 45 Jakarta Kirim Dua Mahasiswa Belajar di USM Selama Satu Semester

photo author
- Senin, 10 Oktober 2022 | 14:21 WIB
UTA 45 Jakarta
UTA 45 Jakarta

SATUARAH.CO - Universitas 17 Agustus 1945 (UTA '45) melakukan pelepasan dan pembekalan dua mahasiswa Fakultas Farmasi, Raihan Fadil Muhammad, mahasiswa semester VII dan Phoebe Clarissa Chastity, mahasiswi semester V sebagai Mahasiswa Pertukaran (student change) dan Credit Transfer ’45 Jakarta ke Universitas Sains Malaysia (USM) tahun 2022 selama satu semester, di Auditorium Lantai 3, UTA ’45 Jakarta, Jumat (7/10/22).

"Ini merupakan suatu kabar gembira bagi kita semua dan juga bagian dari program kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan Mas Nadiem," kata Rektor UTA ’45, J. Rajes Khana, Ph.D mengawali sambutannya.

Baca Juga: Ini Langkah Pemkot Bekasi Antisipasi Banjir di Musim Penghujan

Oleh karenanya, Rektor mengajak mahasiswa agar jangan hanya memahami Kampus UTA ’45, namun juga dapat mengenal dan memahami pengetahuan di luar dari negeri lainnya. Dan, ini agendanya kata Rektor memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda kepada mahasiswa UTA ’45.

“Tujuannya supaya mahasiswa tidak boleh minder tapi setara dengan yang lain. Bedanya mereka terbiasa berbahasa Inggris dan kalian tidak," ujarnya.

Rektor berpesan kepada kedua mahasiswa untuk pelajari semua masalah yang ada dan teori-teori yang dapat diimplementasikan agar mahasiswa memiliki kapabilitas berstandar internasional.

“Belajar untuk berani, banyak bertanya dan berpikir kritis. Ini adalah opportunity," ungkap Rajes. 

Baca Juga: Perlu Dinormalisasi, Kondisi Kali Baru di Kampung Kebalen RT 03/02 Semakin Dangkal dan Sempit

Buka Wawasan, Dididik untuk Berdebat

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Yayasan UTA ’45, Rudyono Darsono dalam kesempatan tersebut mengatakan, pertukaran mahasiswa ini dapat membuka wawasan sistem pembelajaran serta membangun kepercayaan diri.

"Kepercayaan diri mahasiswa itu sangat penting-sangat penting," tandas Rudyono.

Menurut Rudyono, Pendidikan di luar negeri itu membuka wawasan bagaimana mahasiswa dididik untuk berdebat. 

"Debat di Indonesia dianggap sebagai sebuah permusuhan. Padahal, perdebatan itu untuk mengisi dan juga sebagai perbendaharaan pemikiran. Ini yang tidak diterima bangsa kita. Itulah kebodohan kita. Ini sama juga orang sudah mati tapi belum dikubur. Sudah mentok dan tidak berkembang lagi,” kata Rudyono.

Mewakili UTA ’45 Rudyono berpesan kepada kedua mahasiswa yang mewakili UTA ’45 untuk membawa nama baik bangsa Indonesia melalui program yang sangat baik yang digagas Mas Nadiem.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:29 WIB
X