Universitas Paramadina Gelar Dies Natalia ke 27

photo author
- Sabtu, 11 Januari 2025 | 06:45 WIB

Meski demikian, ia menyoroti lemahnya komitmen pada nilai-nilai demokrasi, seperti terlihat pada dinamika politik terkini, termasuk penempatan Gibran dalam panggung politik.

Melihat ke depan, Prof Komaruddin mengungkapkan harapannya pada sosok seperti Prabowo, yang memiliki latar belakang militer dan keluarga berpendidikan.

Ia berharap pemimpin masa depan dapat belajar dari perjalanan panjang para presiden sebelumnya.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa demokrasi tidak selalu melahirkan pemimpin demokrat.

“Indonesia hari ini menghadapi tantangan besar karena elite politik lebih sibuk mengakumulasi kekayaan dan kekuasaan, yang pada akhirnya menghambat mobilitas sosial dan suara dari bawah” pungkasnya.

 Baca Juga: Kapolda Papua Kerahkan Personel yang Tergabung dalam Satgas Operasi Damai Cartenz

Prof Komaruddin menegaskan pentingnya kebijakan yang visioner dan berpihak pada rakyat untuk membawa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, baik dari segi ekonomi maupun militer.

“Kita perlu pemimpin yang tidak hanya memahami sejarah, tetapi juga mampu membangun masa depan dengan kebijakan yang adil dan berorientasi pada kepentingan rakyat” tutupnya.

Omi Komaria Madjid, istri almarhum Prof Nurcholis Madjid memberikan pesan inspiratif agar Universitas Paramadina tetap berpegang pada nilai-nilai dasar seperti kejujuran, toleransi, dan keteladanan publik.

“Inilah mimpi Cak Nur yang masih harus terus direalisasikan,” tutur beliau penuh haru dan bangga.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina, Jusuf Kalla menambahkan refleksi historis tentang peran Universitas Paramadina dalam perjalanan pendidikan tinggi di Indonesia.

Baca Juga: PWI Bekasi Raya Gelar Raker Awal Tahun 2025

“Setelah 23 tahun melanglang buana, kini Paramadina memiliki rumah sendiri. Semoga kampus ini terus menjadi wadah pemikiran kelas menengah yang berkontribusi bagi bangsa” katanya.

"Alhamdulillah, setelah 23 tahun bergerak dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya Universitas Paramadina memiliki rumah sendiri," ujar Drs H Muhammad Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina.

Beliau memberikan apresiasi khusus kepada Pak Hendro dan Pak Wija yang telah bekerja keras mewujudkan impian ini.

Dalam pidatonya, Jusuf Kalla juga menyoroti peran penting tiga tokoh besar yang telah berkontribusi pada pengembangan keagamaan dan kelas menengah di Indonesia.

Pertama, BJ Habibie melalui ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), yang memberikan ruang kebebasan berbicara dan berpikir. Kedua, Nurcholish Madjid (Cak Nur), yang memperkenalkan konsep pengajian eksekutif untuk kelas menengah yang dinamis dan terbuka.

Baca Juga: Terima Kunjungan Kepala BPOM, Kapolri Pastikan Sinergi Penindakan Mafia

Ketiga, Abdul Latif, yang memperkenalkan ONH Plus, menciptakan akses lebih luas bagi umat Muslim Indonesia.

“Ketiga tokoh ini berjasa besar dalam membangun dan menginspirasi kelas menengah Indonesia” tegasnya.

Jusuf Kalla juga mencermati bahwa Indonesia memiliki sekitar 4.500 perguruan tinggi, dari yang besar hingga yang kecil.

Ia berharap Universitas Paramadina dapat berada di posisi yang baik di antara perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.

“Semoga Paramadina terus berkembang menjadi institusi yang unggul dengan pemikiran-pemikiran visioner yang diwariskan oleh Cak Nur,” tutupnya. √

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Rekomendasi

Terkini

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:29 WIB
X