Pernyataan Fernando Emas Dinilai Keliru Soal KS, Relawan Jokowi: Prematur dan Salah Alamat

photo author
- Senin, 20 September 2021 | 22:24 WIB
Sekjen Kornas Jokowi, Akhrom Saleh, (Dade)
Sekjen Kornas Jokowi, Akhrom Saleh, (Dade)

SATUARAH.CO - Relawan Jokowi sebagai pendukung Presiden Joko Widodo menyikapi pernyataan pengamat kebijakan publik Fernando Emas yang mengatakan, PT Krakatau Steel (KS) sebagai perusahaan plat merah hanya menjadi penonton di negeri sendiri.

Dalam pernyataannya, Fernando menilai, Krakatau Steel (KS) tidak mampu menyediakan bahan baku (baja) di dalam negeri.

Baca Juga: Gaji Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Dipotong, Prabowo Instruksikan Bantu Korban Banjir Kalteng

“Saya kira itu keliru, Krakatau Steel bukannya jadi penonton atau tidak mampu menyediakan bahan baku kebutuhan industri baja nasional, kita lihat dulu duduk masalahnya secara jeli dan lebih mendasar lagi. Misalnya, adanya impor baja dari negeri Tiongkok (China) yang terbebas dari tarif bea masuk anti dumping. Ini saya kira perlu diteliti lebih mendalam oleh Fernando sebagai pengamat kebijakan publik, sehingga dia enggak keliru menuding orang,” kata Sekjen Kornas-Jokowi, Akhrom Saleh, Senin (20/9/21).

Akhrom mengungkapkan, Direktur Utama KS Silmy Karim yang juga sebagai Chairman Asosiasi Industri Besi/Baja (IISIA) justru menolak dan melakukan protes serta mengajukan proteksi terhadap baja impor.

Baca Juga: Tahun 2022 Kementan Diminta Pertajam Anggaran Demi Pemulihan Ekonomi

"Karena perihal import baja atau bahan baku lainnya bukan ranah Dirut BUMN (KS) seperti yang ditudingkan Fernando Emas. Kebijakan impor itu ranah Kementrian Perdagangan. Sebaiknya jadikan saja sekalian Silmy Karim sebagai Menteri supaya bisa memproteksi impor yang merugikan produksi nasional,” ujarnya.

“Seharusnya dia pelajari lebih komprehensif lagi persoalan itu, supaya lebih jelas apa penyebabnya. Jadi enggak sembarangan menilai orang, dan tuduhan ini justru terkesan tendensius dan tidak ilmiah serta tidak paham tentang industri baja nasional,” ungkap mantan aktivis mahasiswa ini.

Akhrom menambahkan, selama Silmy Karim memimpin perusahaan plat merah tersebut justru mendapatkan keuntungan.

“Sebelum Silmy Karim memimpin, Krakatau Steel selalu merugi. Dan di bawah kepemimpinan Silmy Karim barulah KS dapat keuntungan selama dua tahun berturut-turut. Jadi saya kira sangat prematur dan salah alamat kalau Fernando menilai KS hanya jadi penonton, apalagi gagal dalam menyediakan bahan baku baja nasional,” tandas Akhrom.

Sebelumnya Pengamat Kebijakan Publik Fernando Emas mengeluarkan pernyataannya di salah satu media online, Minggu (19/9/21). Fernando mengatakan, Krakatau Steel menjadi penonton di negeri sendiri dan gagal dalam menyediakan bahan baku baja nasional. ✓

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X