SATUARAH - Teknologi kecerdasan artifisial (KA) atau istilah kerennya AI (Artificial Intelligence) saat ini sudah banyak bertebaran dan diterapkan di berbagai bidang kehidupan. Bahkan KA bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti asisten virtual Google dan Siri.
Kecerdasan artifisial memanglah bukan hal baru, namun perkembangannya selalu menjadi sesuatu yang menarik perhatian.
Indonesia bahkan telah membentuk Strategi Nasional KA untuk mendorong terciptanya visi Indonesia 2045. Stranas KA membuka peluang bagi pelaku usaha memasukkan KA dalam lini bisnisnya.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza dalam Talkshow bersama Pandi Institute, pengelola nama domain internet Indonesia mengatakan, kecerdasan artifisial dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan komputer yang memiliki kecerdasan meniru fungsi kognitif manusia.
"Teknologi KA diciptakan untuk memahami dan memberi solusi terhadap suatu masalah dengan lebih cepat, efektif dan mampu menyelesaikan pekerjaan manusia dengan lebih mudah serta memberi hasil yang maksimal. Meskipun KA yang kita kenal saat ini masih dalam tahap narrow intelligence, atau kecerdasan terbatas. Sementara manusia memiliki general intelligence, yang belum bisa dilakukan jika dibandingkan dengan kemajuan KA saat ini," kata Hammam, Sabtu (1/5).
Hammam yang telah menekuni teknologi KA sejak tahun 1992, dengan melakukan riset penerjemahan bahasa secara otomatis, memandang dengan definisi di atas, penyebutan kecerdasan artifisial lebih tepat digunakan, dibanding dengan nama kecerdasan buatan.
"Sebelumnya kecerdasan yang coba diterapkan dalam aplikasi disebut sebagai kecerdasan buatan, dimana secara mekanikal diotomatisasi melalui sebuah perangkat lunak. Sementara saat ini selain kata artifisial memang sudah menjadi kata serapan dalam KBBI, kata artifisial sendiri ada art/seninya bagaimana mengupayakan agar modelling bisa menyerupai kecerdasan manusia," ujarnya.
Lebih lanjut Hammam mengungkapkan, KA sudah banyak digunakan masyarakat saat ini, namun mereka belum menyadarinya. Beberapa contoh yang bisa ditemui adalah mesin pencarian (search engine) seperti Google, Bing, dan Baidu.