nasional

BMKG Ajak Seluruh Komponen Masyarakat Jaga Kelestarian Alam

Kamis, 21 Juli 2022 | 18:39 WIB
Kepala BMKG Dwikorita (Mufreni)

Analisis BMKG tersebut, lanjut Dwikorita, senada dalam laporan Status Iklim 2021 atau State of the Climate 2021 yang dirilis Badan Meteorologi Dunia (WMO) bulan Mei 2022 yang lalu.

WMO menyatakan bahwa hingga akhir 2021, suhu udara permukaan global telah memanas sebesar 1,11 °C dari baseline suhu global periode pra-industri 1850-1900, dan tahun 2021 adalah tahun terpanas ke-3 setelah tahun 2016 dan 2020.

Dwikorita menambahkan, WMO juga menyebutkan dekade terakhir 2011-2020, adalah rekor dekade terpanas suhu di permukaan bumi. Lonjakan suhu pada tahun 2016 dipengaruhi oleh variabilitas iklim yaitu fenomena El Nino kuat, sementara itu terus meningkatnya suhu permukaan pada dekade-dekade terakhir yang berurutan merupakan perwujudan dari pemanasan global.

Dalam peringatan HMKGN tahun ini, Dwikorita kembali menekankan pentingnya kesadaran umat manusia bahwa betapa seriusnya dampak perubahan iklim baik terhadap Indonesia dan dunia.

Kawasan Indonesia sendiri mengalami peningkatan suhu dalam kisaran 1 °C dan dapat bertambah mencapai 3 °C di akhir abad ini.

Dikatakannya, peningkatan 1 derajat celcius saja dapat berdampak cuaca ekstrem seperti siklon tropis, hujan ekstrem, angin kencang/puting beliung, gelombang tinggi, yang dapat memicu banjir, banjir bandang, tanah longsor dan bencana hidrometeorologi lainnya.

Jika tidak ditahan laju pemanasan di Indonesia dan global, bahkan dapat mencapai 3 derajat celcius pada akhir abad 21.

"Ini adalah masalah yang sangat serius. Kuncinya, mari kita bersama-sama melakukan penghijauan masif, menggunakan transportasi publik, mengubah energi fosil ke energi terbarukan dan melakukan langkah-langkah pelestarian lingkungan, penghijauan, penanaman mangrove, dan lain sebagainya," ujarnya.

"Kuncinya yaitu kita jaga alam kita. Tidak kita rusak, kita hijaukan, penghijauan semakin digalakkan, penanaman mangrove, menghutankan kembali, dan kita jaga laju kenaikan suhu udara di permukaan dan muka air laut agar menahan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi," ungkap Dwikorita.

Dwikorita juga mengingatkan setiap pemangku kepentingan agar dapat memberikan perannya dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (karbon). Hal ini mensyaratkan masyarakat untuk juga mulai mengurangi penggunaan energi fosil, bertransformasi ke energi hijau, dan lebih banyak menggunakan transportasi publik. √

Halaman:

Tags

Terkini