nasional

BMKG Ajak Seluruh Komponen Masyarakat Jaga Kelestarian Alam

Kamis, 21 Juli 2022 | 18:39 WIB
Kepala BMKG Dwikorita (Mufreni)

SATUARAH.CO - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita mengajak seluruh komponen masyarakat menjaga kelestarian alam supaya terhindar dari bencana alam.

Hal ini mengingat kencangnya laju perubahan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan.

Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, kata dia, memicu terjadinya cuaca ekstrem yang kemudian menjadi penyebab berbagai bencana alam hidrometeorologi seperti siklon tropis, banjir, banjir bandang, tanah longsor, puting beliung, gelombang tinggi laut, dan lain sebagainya.

Baca Juga: KASAD Jenderal Dudung Abdurachman Minta SMSI Terus Kembangkan Jurnalisme Jujur

"Cuaca ekstrem yang intensitasnya semakin sering dan durasinya semakin panjang ini juga mengancam ketahanan pangan nasional. Karenanya, untuk menjaga produktivitasnya, kami (BMKG-red) terus melakukan pendampingan kepada para petani dan nelayan agar mampu memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim," kata Dwikorita, Kamis (21/7), saat acara peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Nasional (HMKGN) yang mengambil tema "SDM unggul, BMKG Andal, Indonesia Tangguh".

Lebih lanjut Dwikorita mengungkapkan, risiko krisis pangan akibat cuaca ekstrem tersebut, semakin diperparah dengan kondisi pasca pandemi Covid 19 dan perang antara Rusia - Ukraina yang mengganggu rantai pasok pangan dan energi global.

Apabila hal ini terus dibiarkan, maka akan menjalar ke berbagai persoalan lainnya, termasuk ekonomi dan politik.

Baca Juga: Layani Warganya Lurah Bahagia Terus Berinovasi, Kali Ini Bikin Command Center

Dwikorita menyebut, saat ini sejumlah kajian menunjukkan dampak nyata perubahan cuaca ekstrem yang bersifat lokal dan global.

Berdasarkan analisis hasil pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir, menunjukkan kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Diketahui, Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami tren kenaikan > 0,3℃ per dekade.

Baca Juga: Road Show ke Muara Gembong, Pj Bupati Bekasi Urusi Sampah, Infrastruktur Hingga Dengarkan Curhat Nelayan

Laju peningkatan suhu permukaan tertinggi tercatat terjadi di Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Kota Samarinda 0,5℃ per dekade. Sementara itu wilayah Jakarta dan sekitarnya suhu udara permukaan meningkat dengan laju 0,40 – 0,47℃ per dekade.

"Secara rata-rata nasional, untuk wilayah Indonesia, tahun terpanas adalah tahun 2016 yaitu sebesar 0,8 °C dibandingkan periode normal 1981-2010 mengikuti tahun terpanas global, sementara tahun terpanas ke-2 dan ke-3 adalah tahun 2020 dan tahun 2019 dengan anomali sebesar 0,7 °C dan 0,6 °C," ujarnya.

Halaman:

Tags

Terkini