nasional

Tokoh NU Menjerit: Warga Wadas Diobok-obok Sejak 2016

Sabtu, 19 Februari 2022 | 17:16 WIB
Warga yang sempat ditahan polisi bertemu ibunya usai tiba di halaman masjid Desa Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022). (satuarah.co)

SATUARAH.CO – Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Purworejo KH Muqorobin Bakir (Gus Robin) meminta sejumlah pejabat pemerintah daerah dievaluasi karena diduga sengaja membiarkan kekisruhan yang menimbulkan konflik sosial di Desa Wadas.

Gus Robin yang juga Wakil Rois Syuriah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Bener, di Purworejo, Jawa Tengah, mengatakan, Desa Wadas kini menjadi isu nasional yang sensitif dan berbahaya.

“Bisa dikatakan warga Wadas adalah 100 persen warga NU. Saya tidak rela melihat mereka dipecah belah dan terjadi konflik sosial. Menjerit hati ini, saya tidak bisa diam,” kata pengasuh Ponpes Majiul Jami Kaliurip, Bener, Purworejo ini, dilansir dari cnnindonesia.com, Sabtu (19/2/2022).

Baca Juga: Kalah Pengalaman, Timnas Laos Tumbangkan Malaysia 2-1 di Piala AFF U-23 2022

Menurut dia, warga terjebak pro dan kontra penambangan batu andesit sebagai material fondasi Bendungan Bener yang akan menjadi bendungan tertinggi di Asia Tenggara dengan kedalaman 159 meter.

Bendungan Bener ditargetkan selesai pada 2023. Namun, pembangunan terancam molor karena fondasi utama hingga kini belum digarap akibat material batu andesit belum ada.

Batu andesit akan didatangkan dari Desa Wadas yang jaraknya 12 kilometer dari lokasi Bendungan Bener di Desa Guntur, Kecamatan Bener, Purworejo.

Baca Juga: 67 Bangli di Pasar Induk Cibitung Bekasi Segera Dibongkar Satpol PP

“Warga Wadas diobok-obok pihak luar sejak 2016 hingga kini. Mereka sudah terjebak konflik sosial. Kasihan betul keadaannya. Tolong jangan ditutup-tutupi kondisi ini,” katanya.

Konflik sosial yang dimaksud adalah masyarakat Desa Wadas terbelah pada dua kubu, pro dan kontra penambangan batu andesit. Jika dibiarkan, menurut dia, bisa terjadi konflik berdarah.

“Hal Ini tidak bisa dibiarkan terus, sangat berbahaya. Jangan sampai pemerintah baru bertindak setelah jatuh korban jiwa,” katanya.

Baca Juga: Warga Tambun Selatan Tolak Rencana PT KAI Tutup Perlintasan Kereta, Ini Alasannya

Menurut dia, jika sampai terjadi korban jiwa, akan sangat memalukan masyarakat NU karena bisa dikatakan 100 persen warga Wadas adalah kaum nahdiyin yang selama ini dikenal menjunjung tinggi ukuwah Islamiah dengan rajin bersilaturahmi.

“Keadaan sosial masyarakat Wadas kalau begini terus keadaannya, bisa meledak sewaktu-waktu,” katanya.

Halaman:

Tags

Terkini