"Diskusi berfokus pada potensi inovasi, kerjasama, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat dijalin antara BMKG dan institusi pendidikan tinggi.
Tidak hanya soal Karhutla, dalam kunjungan ke Provinsi Riau, BMKG juga mengunjungi PTPN Regional III untuk memperkuat kolaborasi pemanfaatan informasi iklim untuk sektor Perkebunan," ucap Ardhasena.
Dalam pertemuan tersebut, Ardhasena menekankan perlunya mengidentifikasi data iklim spesifik yang dibutuhkan PTPN IV Regional III untuk penyusunan buletin khusus kelapa sawit.
Ardhasena meminta dukungan data dari Stasiun Klimatologi Riau, baik secara daring maupun luring, sebagai wujud kolaborasi nyata yang memberikan dampak langsung pada sektor perkebunan. Harapannya, kerja sama ini dapat menghasilkan produk inovatif seperti sistem peringatan dini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang telah berhasil dikembangkan bersama dinas kesehatan di Bali dan Jakarta.
Baca Juga: Pelayanan, Pengamanan dan Imbauan Wisatawan Libur ke Kepulauan Seribu
Pihak PTPN IV Regional III menyambut baik inisiatif ini dan menyampaikan pentingnya informasi mengenai waktu tanam padi dan jagung yang optimal berdasarkan curah hujan, serta penyesuaian beban produksi dengan kondisi iklim untuk mencapai hasil panen yang maksimal. Sinkronisasi data produksi dan data iklim dianggap sangat krusial.
PTPN IV Regional III juga mengapresiasi pemanfaatan data BMKG, terutama setelah pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim tahun sebelumnya. Data yang tersedia melalui buletin sangat membantu dalam operasional sehari-hari, seperti pembentukan buah sawit dan perbaikan jalan.
Ke depannya, PTPN IV Regional III berharap kolaborasi dengan BMKG dapat ditingkatkan melalui pelatihan pengamat curah hujan sesuai standar, kerjasama pos hujan per kecamatan, dan penyediaan gelas ukur standar.
Saat ini, PTPN IV Regional III telah memanfaatkan Aplikasi Nusaklim yang menggunakan data dari Automatic Weather Station (AWS) milik mereka untuk memberikan peringatan dini yang mendukung keberlangsungan produksi kelapa sawit. √