nasional

Hadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG Gelar Palu Communicator Transmission Exercise 2024

Jumat, 27 September 2024 | 21:24 WIB

 RAH.CO - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Palu Communication Transmission Exercise 2024 sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami yang dapat terjadi kapan saja. Kegiatan ini bertepatan dengan peringatan enam tahun gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi Kota Palu pada September 2018 silam, saat kegiatan BMKG JICA Palu Communication Transmission Exercise di Santika Hotel, Kota Palu, Rabu (25/9/24).


Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, kegiatan Simulasi Gempa Bumi dan Tsunami, Latihan Uji Komunikasi Kota Palu Tahun 2024 memiliki tujuan untuk memperkuat kapasitas BMKG dalam memberikan peringatan dini gempa bumi dan tsunami yang tepat waktu dan akurat.

"Sehingga pemahaman dan kemampuan kita untuk bertindak cepat dalam situasi darurat sangatlah krusial. Kita berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi situasi bencana," kata Daryono saat keterangan, Jumat (27/9/24).

Sebagaimana diketahui, enam tahun lalu, tepatnya pada 28 September 2018, Kota Palu diguncang gempa bumi berkekuatan M7,5 dan menjadi perhatian masyarakat luas.

Musababnya gempa memicu bahaya ikutan (collateral hazard) yaitu tsunami, likuifaksi, longsor, dan runtuhan batu. Fenomena alam ini sangat unik dan mendapatkan perhatian para ahli karena gempa dengan mekanisme geser dan berpusat di darat mampu memicu tsunami.

"Di mana gempa tersebut merupakan supershear eartquake dengan kecepatan rupture lebih tinggi dari kecepatan gel. Supershear menyebabkan ground motion lebih besar," ujarnya.

Lebih lanjut, Daryono mengungkapkan saat itu waktu tiba gelombang tsunami di Palu adalah 2-3 menit setelah gempa bumi terjadi. Namun, akibat keterbatasan teknis sistem InaTEWS dalam mengeluarkan peringatan dini PDT-3 sebelum PDT-1 dan PDT-2 adalah lima menit sehingga terjadi keterlambatan informasi.

"Belajar dari kejadian di Palu yang diakibatkan oleh longsor bawah laut yang disebabkan oleh gempa bumi di mana tsunami tiba dalam 2 hingga 3 menit tidak cukup hanya mengandalkan pemantauan seismik yang canggih. Masyarakat di daerah berisiko tsunami harus diberikan edukasi yang baik, sehingga, sangat penting bagi instansi terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB) untuk menentukan tindakan transmisi komunikasi yang tepat setelah gempa terjadi sebelum adanya informasi peringatan dini dari BMKG," tandas Daryono.

Ketika BMKG telah mengeluarkan informasi gempa di atas M5,0 dengan kedalaman dangkal, pemerintah daerah dan masyarakat dapat bersiaga dan mulai menjauhi laut untuk evakuasi. Melalui kegiatan yang melibatkan banyak lembaga dari tingkat nasional, regional, Provinsi, Kabupaten/Kota, hingga masyarakat ini diharapkan dapat terjadi komunikasi yang efektif dalam penyampaian informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami. Setidaknya sekitar 52 lembaga terlibat dalam latihan ini.

"Pada Level Nasional lembaga yang terlibat adalah Pusat Peringatan Dini Tsunami BMKG, BNPB, Mabes TNI, Mabes Polri, Kemendagri, dan Kemenkominfo. Pada level regional, Kogabwilhan JI, Kutai Kartanegara, Kodam XIII MERDEKA, Manado, Koarmabar II, Surabaya, Lantamal VI, Makassar, Koopsudnas Halim Perdana Kusuma, Koopsud II, Makassar. di level Provinsi dan Kabupaten/Kota, latihan melibatkan BPBD Provinsi Sulawesi Tengah, BPBD Kota Palu, Mako Lanal dan Pos AL Donggala, KOREM 132 Tadulaku, Sulawesi Tengah, Polda Sulawesi Tengah, Kantor SAR Palu, Kantor Walikota Palu, Kodim 1306, Datasemen AU Mutiara Sis Al Jufri, Polresta Palu, BPBD Kota Palu, PPDI Sulawesi Tengah (Local Transmission tools), Rapi Kota Palu, Orari Kota Palu, dan FPRB Prov Sulteng," imbuhnya.

Dalam latihan ini, seluruh peserta akan belajar tentang langkah-langkah yang harus diambil sebelum, saat, dan setelah terjadinya gempabumi dan tsunami. Diharapkan komunikasi yang lancar dari hulu hingga hilir membuat masyarakat mendapatkan informasi dari BMKG dan bisa selamat terhadap ancaman gempa bumi yang berpotensi tsunami.

Sementara itu JICA BMKG Project Leader Akihiro Furuta berujar hasil dari kegiatan ini akan digunakan untuk meningkatkan isi dari informasi gempa bumi dan peringatan tsunami yang di keluarkan BMKG dan alur diseminasi informasi yang sudah ada mulai dari tingkat pusat hingga ke tingkat masyarakarat.

Pada akhirnya, latihan ini digunakan untuk mengembangkan, merevisi alat, metode, dan bahan untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan yang tepat terhadap bencana.
"Kami mengundang semua peserta dalam latihan ini untuk memberikan umpan balik yang berarti tentang informasi itu sendiri dan prosedur komunikasi yang ada untuk perbaikan lebih lanjut dari metodologi penyebaran informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang dikeluarkan oleh BMKG agar lebih berorientasi pada penerima dan pengguna informasi," kata Akihiro.

Plh Wali Kota Palu Irmayanti Pattalolo menyampaikan apresiasi kepada BMKG dan JICA yang telah melaksanakan kegiatan ini di Kota Palu.

Kegiatan ini sangat strategis dan penting karena Palu menjadi salah satu kota yang rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi.

"Enam tahun sudah musibah 28 September 2018, mengenang peristiwa dahsyat di Palu dan hal ini menjadi pembelajaran bagi kita semua bahwa karena kondisi wilayah kita rawan gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi maka kita harus siap siaga menghadapi ancaman bencana," tandas Irmayanti. √

Tags

Terkini