nasional

Perkuat Ketahanan Pangan, BMKG Terus Gencarkan Sekolah Lapang Iklim di Seluruh Penjuru Indonesia

Sabtu, 30 September 2023 | 05:20 WIB
Sekolah Lapang Iklim yang digencarkan BMKG bersama Pemda (satuarah.co/Mufreni)

SATUARAH.CO - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Pemerintah Daerah (Pemda) dan berbagai pihak/sektor terkait, terus menggencarkan pelaksanaan Sekolah Lapang Iklim (SLI) di seluruh penjuru Indonesia, Rabu (27/9/23).

Oleh BMKG, petani Indonesia diajarkan dan dilatih keterampilannya untuk terampil dalam memahami bagaimana strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di lingkungan wilayahnya, guna memperkuat ketahanan pangan Indonesia.   

Insya Allah dengan terjaganya ketahanan pangan, Indonesia bisa terhindar dari ancaman krisis pangan global sebagai akibat dari derasnya laju perubahan iklim.                         

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam pembukaan SLI operasional yang digelar di Desa Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Bahwa sektor pertanian sangat berhubungan erat dengan keadaan cuaca dan iklim dan dampak buruk kejadian ekstrem cuaca/iklim dapat mengakibatkan penurunan produksi secara kuantitas maupun kualitasnya, berkembangnya hama penyakit disebabkan tidak berjalannya pola tanam yang baik, yang kemudian dapat mengancam ketahanan pangan nasional," kata Dwikorita, Jumat (29/9/23), dalam keterangannya.                                                               

Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas.

Maka dari itu, lanjut Dwikorita Karnawati, sebagai ujung tombak pertanian, maka petani harus memiliki bekal ilmu pengetahuan untuk dapat memahami fenomena cuaca dan iklim beserta perubahannya. 

Pranoto mongso atau ilmu titen yang digunakan untuk menentukan kapan harus tanam dan panen, kata Dwikorita, harus diupdate dengan menyertakan penggunaan teknologi.                                   

"Dengan begitu, para petani bisa terhindar dari risiko terburuk berupa gagal panen akibat dampak cuaca ekstrem. Dengan mengetahui lebih dini, maka petani dapat segera menyusun rencana tanam, mulai dari penyesuaian waktu tanam, jenis tanaman yang tepat apa dan kapan harus ditanam, kapan harus menunda tanam, kapan harus memanen, pengelolaan air, apa saja yang harus disiapkan agar tidak mengalami gagal panen, dan lain sebagainya," ujarnya.                                             
Dwikorita Karnawati menambahkan, lewat SLI, BMKG berupaya membantu petani memahami informasi iklim.

Terlebih, pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan di tempat terbuka sehingga sangat berkaitan dengan cuaca dan iklim.

Harapannya, petani dan tenaga penyuluh pertanian bisa memanfaatkan layanan informasi cuaca dan iklim yang disediakan BMKG dengan baik serta mampu beradaptasi dengan situasi cuaca dan iklim kekinian.

"Ini (SLI-red) adalah bukti komitmen BMKG untuk terus menjaga ketahanan pangan Indonesia dan memajukan sektor pertanian di Indonesia," ungkap Dwikorita Karnawati.                       

Sebagai informasi, SLI yang diselenggarakan di Desa Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diikuti oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan para Petani Cabai dari Kelompok Tani Taruna Bumi, Kelompok Tani Sido Makmur, Kelompok Tani Mugi Makmur, Kelompok Tani Sedyo Makmur dan Kelompok Tani Ngudi Rejeki.                                   

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan D.I Yogyakarta Sugeng Purwanto menyambut baik SLI yang diselenggarakan BMKG. "Menurutnya upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim mutlak dilakukan guna menjaga ketahanan pangan nasional," tandasnya.                     

Halaman:

Tags

Terkini