BMKG Miliki Peran yang Vital Berkaitan dengan Dampak Perubahan Iklim yang Diperparah dengan Kerusakan Lingkungan

photo author
- Minggu, 24 Maret 2024 | 19:05 WIB
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawarti
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawarti

 

SATUARAH.CO - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pengelolaan air, baik dalam skala global, regional, nasional, hingga lokal, memiliki peran yang vital.

Hal ini karena krisis air juga berkaitan dengan dampak perubahan iklim, yang diperparah dengan kerusakan lingkungan. Dampak lanjutnya akan luar biasa, karena saling menguatkan (saling memperparah) pada berbagai sektor kehidupan.

Maka dari itu, kata dia, langkah-langkah nyata untuk mewujudkan keadilan dalam mengakses air bersih, mutlak perlu terus dilakukan.

Hal tersebut disampaikan Dwikorita dalam pidatonya bersama Presiden Majelis Umum PBB, pada High Level Event "Celebrating World Water Day 2024: Converging Efforts, Keeping the Momentum of Progress", di Markas PBB, New York, AS.

Dalam acara tersebut Dwikorita juga didaulat menjadi panelis pada Sesi ke-2, yang membahas "Highlight of Key-Priorities: From 2023, to 2024 and Beyond".

"Pengelolaan sumber daya air harus dilakukan secara berkelanjutan, menyeluruh dari hulu dan hilir sebagai sebuah satu kesatuan perencanaan yang bersifat berkalanjutan, adil, dan merata. Langkah ini merupakan salah satu bentuk upaya konkrit dan serius untuk mengatasi kemiskinan, ketahanan pangan dan energi, serta konservasi sumber daya alam," kata Dwikorita, Minggu (24/3/24), saat keterangan.

Dwikorita mengungkapkan, poin-poin penting yang dihasilkan dari UN Water Conference 2023 harus diterapkan dan diwujudkan dalam langkah nyata melalui berbagai platform global termasuk melalui World Water Forum ke10 yang akan diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia bersama Konsil Air Dunia, di Bali bulan Mei yang akan datang. Pada kesempatan ini Dwikorita juga mengundang para peserta untuk hadir dan berkontribusi aktif pada WWF-10 tersebut.

"Lebih dari 2 miliar orang tinggal di bawah tekanan karena masalah air, dan 3,6 miliar orang menghadapi akses air yang tidak memadai setidaknya satu bulan dalam setahun," ucapnya.

Kondisi ini, kata dia, tidak terlepas akibat pemanasan global akibat perubahan iklim yang diperparah oleh aktivitas manusia yang merusak lingkungan.

"Maka dari itu, keterkaitan antara air, iklim, pengelolaan lingkungan dan transformasi gaya hidup untuk selalu menjaga alam, harus menjadi dasar kebijakan penanganan persoalan pengelolaan air global," ujarnya.

Persoalan air, lanjut Dwikorita Karnawati, tidak hanya tentang ketersediaan jumlahnya dan aksesibilitasnya saja, namun juga dari segi kualitasnya, terutama yang terkait dengan sanitasi dan aspek higieniknya.

Hal tersebut, perlu menjadi perhatian bersama karena ketersediaan air bersih berkualitas sangat berkaitan erat dengan upaya penghapusan kemiskinan, penghapusan kelaparan, kesehatan yang baik, sanitasi, energi bersih, pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan ketidaksetaraan, hingga upaya perwujudan keadilan dan perdamaian.

Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam Game Changer No.1 Konferensi Air PBB 2023. Krisis iklim berdampak besar terhadap berbagai bidang kehidupan karena efeknya kemana-mana.

World Meteorological Organization (WMO), kata Dwikorita, dalam laporannya menyebut bahwa pemanasan global sedang berlangsung dengan cepat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Budhie

Tags

Rekomendasi

Terkini

X