"Kami maksimalkan hanya 30 orang untuk setiap kelompok di altar pusat," kata Sudirman, Minggu (14/2/21).
"Kami juga mengharapkan umat yang lansia tidak datang, begitu juga anak-anak. Ini sudah kami sampaikan kepada umat sejak jauh-jauh hari," ujarnya.
Menurutnya, sejumlah tradisi dan pertunjukan seni yang biasanya memeriahkan perayaan Imlek juga ditiadakan.
Tidak ada pertunjukan barongsai, potehi (wayang kulit), persembahan lilin besar, hingga jamuan makan berkah atau makanan vegetarian yang biasanya berlangsung seusai sembahyang.
"Jadi setelah sembahyang harus langsung pulang. Kalau biasanya bisa nonton Barongsai, makan-makan, tahun ini tidak ada sama sekali," bebernya.
Meski demikian, Sudirman berharap pembatasan aktivitas ini tidak mengurangi rasa khidmat dan makna perayaan Imlek.
Dikatakan, mencegah kerumunan dan tidak saling berkunjung untuk sementara waktu juga merupakan bentuk upaya menjaga kerukunan dan keutuhan keluarga sebagai salah satu filosofi yang dianut warga Tionghoa.
"Kita tidak ingin dengan perayaan Imlek ini satu atau dua orang anggota keluarga tertular Covid-19, lalu berujung sampai kematian," imbuhnya.
Chandra (30), salah satu umat di Kelenteng "Tek Seng Bio" Cikarang mengucapkan rasa terimakasihnya kepada pemerintah karena masih diberikan kesempatan untuk beribadah pada Imlek 2021 ini.