Ia menilai langkah itu positif, tetapi belum cukup menyentuh akar masalah.
“Teknologi AI membantu, tapi solusi utama tetap pada integrasi transportasi umum, penegakan hukum, dan pengendalian jumlah kendaraan pribadi,” kata Budi.
Ia menegaskan bahwa kebijakan ganjil-genap dan pembangunan jalan tol hanya menjadi solusi jangka pendek.
Baca Juga: Wujud Dukungan untuk Driver Online, Kapolres Metro Jakpus Resmikan Ojol Mart ke 6
Diperlukan sistem transportasi terintegrasi, pengaturan jam kerja, serta pemanfaatan kendaraan ramah lingkungan untuk solusi jangka panjang.
Menutup pernyataannya, Budi mengajak pemerintah dan masyarakat belajar dari kota-kota besar dunia seperti Singapura, Tokyo, dan Hong Kong yang sukses mengendalikan kemacetan melalui kebijakan transportasi modern, sistem publik efisien, dan kepemimpinan yang tegas.
“Jakarta bisa bebas dari kemacetan jika ada keseriusan dan keberanian politik. Tapi itu butuh pemimpin yang visioner, tegas, dan berpihak pada kepentingan warga, bukan kepentingan sesaat,” pungkasnya. √