SATUARAH.CO - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Provinsi Jawa Barat, Teguh Rahayu mengingatkan kalau sekarang sudah memasuki musim kemarau dan akan cukup panjang.
Pontensi dampaknya dari musim kemarau tersebut perlu diantisipasi seperti kesehatan, kebakaran, angin kencang dan peningkatan debit air aliran sungai. Sebagaimana telah dirasakan di beberapa wilayah, termasuk Subang.
Hal tersebut disampaikan Kepala BMKG Jabar di hadapan para peserta Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Bencana Kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan Tahun 2023 di Aula BPBD Jalan KS Tubun Subang, Kamis (15/6/23).
"Jangan hanya bisa fokus pada masalah cuaca saja (hidrometeorologi). Namun juga adanya potensi bencana meteorology seperti gempa, dan lainnya," ujar Rahayu.
Dijelaskan, saat ini sebagian Jawa Barat masuk pada musim kemarau, namun juga ada yang terjadi hujan deras, hujan es, bahkan ada kejadian angin puting beliung. Seperti di Kabupaten Sukabumi masih terjadi hujan deras sampai hari ini .
Oleh karena itu, Kepala BMKG Jabar meminta kewaspadaan kesiapsiagaan serta fokus pada situasi kondisi yang terjadi setiap saat.
”BMKG akan mengidentifikasi cuaca yang mungkin terjadi, termasuk Subang. Sebab Juni - September 2023, diprediksi Subang akan mengalami puncak musim kemarau, dan sudah dimasuki siklus El Nino menuju tahap normal,” ujar Rahayu.
Rahayu juga menjelaskan tentang El Nino yang menurut dia, akan membawa sifat kekeringan, sedangkan, El Nino akan membawa sifat basah.
Yang perlu diwaspadai pada musim kemarau yakni bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, potensi gempa, (sesar baribis), gelombang tinggi di Pantai Utara serta gangguan kesehatan.
“Terkait bencana, kita tidak pernah bisa merencanakan suatu bencana, yang dapat kita lakukan adalah melakukan mitigasi, antisipasi bencana dan simulasi bencana,” katanya sambil mempersilakan memanfaatkan sekolah lapangan iklim, sekolah lapang gempa yang dimiliki BMKG.
Untuk antisipasi bencana gempa itu sendiri, pihaknya telah menempatkan alat di BPBD Subang walaupun tidak akan pernah tahu kapan terjadi gempanya.
Oleh karena itu, katanya, mitigasi kegempaan sangat diperlukan untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan. Bencana gempa bumi terjadi di dalam bumi yang selalu bergerak yang kita tidak tahu apa yang terjadi.
"Alat-alat BMKG yang kami miliki senantiasa mengamati seluruh pergerakan iklim yang ada di wilayah Jawa Barat, termasuk pergerakan sesar-sesar yang ada di wilayah Jawa Barat,” jelasnya.
Yang harus dilakukan untuk antisipasi bencana kekeringan, lanjut dia, antara lain menyiapkan tandon-tandon air, embung, dan menyiapkan cadangan air yang diperlukan oleh masyarakat. Termasuk menyiapkan produksi pangan, untuk mengantisipasi agar pola tanam padi dan
perkebunan agar tidak kekurangan pasokan air.