Namun demikian, ia menegaskan bahwa pengaruh influencer memiliki dua sisi. Di satu sisi, influencer dapat memberikan dampak positif melalui edukasi, kampanye sosial, serta peningkatan literasi digital.
Di sisi lain, pengaruh tersebut juga berpotensi menimbulkan bias informasi, tekanan psikologis, hingga ketergantungan emosional apabila tidak disikapi secara kritis.
Oleh karena itu, literasi pengaruh dan kesadaran kritis menjadi kunci agar generasi muda tidak hanya menjadi objek dari arus komunikasi digital, melainkan mampu menjadi subjek yang aktif, cerdas, dan bertanggung jawab.
Melalui kegiatan ini, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) berharap para siswa SMA dapat memahami bahwa meskipun influencer, algoritma, dan teknologi AI membentuk pola komunikasi di media sosial, kendali akhir tetap berada pada kesadaran individu dalam memilih, menilai, serta mengelola informasi di ruang digital. √