edukasi

Kisah Tiga Guru Penerima Anugerah Guru Indonesia 2025: Mengajar dengan Hati

Minggu, 30 November 2025 | 17:55 WIB

Kisah tiga guru ini memperlihatkan wajah keteladanan yang menjadi fondasi tema Guru Hebat, Indonesia Kuat

SATUARAH.CO - Pada Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2025, tiga sosok guru menunjukkan bahwa pengabdian dapat lahir dari ruang-ruang sederhana, dari sekolah luar biasa di Aceh, pelosok daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) di Sumatera Selatan, hingga rumah belajar di Banyumas, Jawa Tengah.


Mereka yang menggerakkan perubahan melalui aksi nyata yaitu Syifa Urrachmah, Koko Triantoro, dan Umi Salamah, penerima Anugerah Guru Indonesia 2025 pada acara yang diselenggarakan di Indonesia Arena, Jakarta, Jumat (28/11/25).

Anugerah Guru Indonesia 2025 merupakan sebuah penghargaan kepada guru, tenaga kependidikan, maupun tokoh masyarakat yang konsisten menunjukkan komitmen, inovasi dan dedikasi, serta kontribusi transformatif yang mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.

Para penerima Anugerah Guru Indonesia mengabdikan hidup untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

“Saya menyadari bahwa kecanggihan teknologi saat ini sudah sangat berkembang pesat, sehingga siswa-siswa tunanetra yang saat ini masih ada di bangku sekolah itu sangat membutuhkan sekali pengetahuan tentang cara menggunakan teknologi supaya dapat bersaing di dunia yang lebih luas,” ujar Syifa Urrachmah, guru muda penyandang disabilitas netra di SLBN Banda Aceh, penerima anugerah guru pejuang disabilitas.

Syifa terus melanjutkan kegiatannya hingga kini menjadi guru PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) yang berkomitmen memperluas akses teknologi bagi siswa disabilitas. Ia berharap pendidikan semakin inklusif dan membuka ruang bagi semua.

Baca Juga: Sekolah Demokrasi Beberkan Ancaman Serius bagi Demokrasi DI negeri 

“Jadi harapannya tentunya karena saya adalah seorang disabilitas untuk pendidikan di Indonesia pastinya semakin inklusif, karena keterbatasan bukan menjadi suatu batas dan bagi teman-teman disabilitas, juga jangan terus menutup diri karena ketika kita menutup diri maka dunia pun akan memberi batas kepada kita. Tapi ketika kita berhasil untuk membuka diri, mau untuk membuka diri maka dunia pun akan terus menyambut kita dengan hangat,” tutur Syifa.

Dari pelosok, Koko Triantoro, Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Embacang Lama, Sumatera Selatan, penerima anugerah guru garda terpencil, menunjukkan bagaimana peran guru dapat melampaui ruang kelas.

Berkeliling mengajar dari Nusa Tenggara Timur hingga Kalimantan, Koko melihat kesenjangan fasilitas yang mendorongnya menggagas kampanye dan kolaborasi untuk membangun jembatan, perahu pendidikan, hingga program pemberantasan buta baca.

“Saya melihat kesenjangan di daerah terpencil itu begitu tinggi dan sementara saya sebagai guru tidak bisa berbuat apapun kecuali mendidik anak-anak. Nah karena itu, 2017 saya tergerak untuk bagaimana caranya bisa meminimalisir kesenjangan yang ada,” ungkap Koko.

Baca Juga: TNI AL Kirim Armada Lengkap ke Sejumlah Wilayah Terdampak Bencana di Sumatera

Dalam kesempatan tersebut, Koko menyampaikan apresiasi atas dukungan pemerintah terhadap wilayah terpencil dan berharap penguatan fasilitas terus berlanjut. Koko juga menyampaikan rasa syukurnya atas program pemerintahan Presiden Prabowo dalam memajukan pendidikan di daerah 3T.

Halaman:

Tags

Terkini

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:29 WIB