edukasi

Peran Jurnalis Melawan Kolonialisme Belanda

Kamis, 30 Mei 2024 | 15:57 WIB
(kliknusantara.com)

Oleh: Imam Setiadi *)

SATUARAH.CO - Memasuki abad ke 20, lndonesia mulai mengenal pendidikan modern. Karena pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1901 memberlakukan "Politik Etis" sebagai bentuk balas budi kepada penduduk pribumi atas kontribusinya pada negara-negara Eropa melalui program edukasi (pendidikan), irigasi dan emigrasi.

Akibat atau dampak positif dari politik etis bagi lndonesia adalah di bidang pendidikan misalnya, pembangunan sekolah-sekolah diberbagai wilayah teritorial Hindia Belanda.

Dengan demikian, maka lahirlah kaum terpelajar, tokoh-tokoh muda intelektual yang kemudian dengan kecerdasannya mereka berfikir, berjuang dari belenggu penjajahan Belanda.

HOS Cokroaminoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Soekarno dan Semaun adalah tokoh-tokoh sentral dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan kolonial pemerintahan Belanda.

Di balik pergerakan sosial dan politik yang ekstrim melawan kebijakan kolonial Belanda, siapa sangka tokoh-tokoh muda tersebut ternyata berprofesi sebagai jurnalis.

Baca Juga: 11 Desa di Purwakarta Diperiksa, Kasi Pidsus Kejari Purwakarta: Masih Berlanjut, Tunggu Hasil Audit Inspektorat

Di belahan dunia manapun pergerakan melawan penguasa yang tidak berkeadilan dan segala bentuk penjajahan itu erat kaitannya dengan aktivitas jurnalis/media informasi.

Karena fungsi media, selain sebagai sarana informasi dan edukasi, media juga berfungsi sebagai control social bahkan mampu mengontrol jalannya roda pemerintahan.

Pada masa penjajahan kolonial Belanda media surat kabar dijadikan sarana untuk menyampaikan gagasan, mengedukasi masyarakat agar mengerti pentingnya kehidupan berbangsa, bernegara yang merdeka, berdaulat secara de facto dan de jure.

Fakta sejarah membuktikan hampir semua pergerakan kemerdekaan Indonesia disponsori oleh para jurnalis yang pergerakannya dimotori para intelektual muda.

Pencetusan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berisi tiga ikrar yaitu; bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu lndonesia adalah bukti nyata kekuatan para jurnalis dan kaum intelektual muda yang membuat pemerintah kolonial Belanda ketar-ketir.

Baca Juga: Polisi Amankan Sabu dan Ganja, Ini Kronologis Penangkapan Kurir Narkoba di Purwakarta

Dikenal sebagai Maha Guru, pemimpin Organisasi Syarikat lslam dan mahir dalam berpidato, HOS Cokroaminoto mendirikan surat kabar pada 15 April 1921 dengan nama "Oetoesan Belanda".

Halaman:

Tags

Terkini

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:29 WIB